pengunjung

Kamis, 29 September 2011

NASAKOM

Perjalanan sejarah peradaban manusia kita ketahui bersama mengalami masa-masa pergeseran dari yang tidak beradab kemudian beradab dalam hal tatanan kehidupan bermasyarakat dan kemudian berbangsa. Tentu pada pergeseran peradaban ini mempunyai tantangan yang tidak mudah untuk di wujudkan oleh manusia pada masanya. Hal ini sering dikenal dengan istilah revolusi atau perubahan besar-besar desegala bidang kurang lebih demikian pengertiannya. Dalam perubahan secara total pada peradaban manusia ini, tentunya tidak semua orang memiliki pemikiran dan keinginan untuk berbuat sesuatu guna mewujudkan kehidupan yang lebih baik, sebab terkadang menurut saya pola kehidupan rakyat walaupun menurut segelintir orang itu perlu di perbaharui atau diubah secara total tetapi tidak semua orang berpikir demikian, maka disitulah terkadang muncul yang namanya tokoh disuatu perkumpulan manusia, sebab dipandang memiliki kriteria tertentu atau kelebihan tertentu sehingga kemudian muncul istilah dianggap pemimpin. Tentunya, kalau kita melihat kenyataannya suatu perbuatan seseorang walaupun tujuan nya untuk kepentingan rakyat atau orang banyak , ternyata tidak serta merta kemudian apa yang dilaukakan yang bersangkutan tersebut langsung di ikuti oleh orang lain atau di akui serta di terima masyarakat banyak sebab terkadang belum ada pembuktian. Hal ini bisa kita lihat pada beberapa penemuan yang terkadang yang menemukan itu sudah lama berkalang tanah, baru disadari bahwa apa yang dikatakannya ternyata itu benar.

Pada bidang social politik, ini beda dengan bidang lain yang pada hakekatnya pada saat ingin mengemukakan suatu pendapat bisa langsung dipraktekan, misalnya menemukan rumus kimia, itu bisa dipraktekan langsung, terus ilmu pasti lainnya. Akan tepai apabila dalam hal sosial politik yang umum orang mengenal dengan dunia polotik atapun kekuasaan dan pemerintahan, maka pada saat menelorkan konsep maka hal itu tidak serta merta akan di akui orang, dan kemudian bahkan untuk dimengerti pun terkadang sulit jika yang memahami itu tidak memiliki pengetahuan luas tentang dunia politik dan atau sejenisnya yang menyangkut tentang kebijakan public.

Saya menulis SOEKARNO DAN SISTEM PEMERINTAHAN OTORITER ini bukan berarti yang mencoba untuk membela Soekarno dengan menerapkan serta mengkalin diri sebagai presiden seumur hidup untuk Negara Republik Indonesia, akan tetapi saya mencoba mengeluarkan apa yang ada di dalam otak dan pemikiran saya, berdasarkan batas kemampuan yang saya miliki.

Faktanya, tidak bisa dipungkiri bahwa Soekarno sebagai bapak proklamator Negara yang kita cintai ini, kemudian Soekarno identik dengan Soekarnoisme, terus Soekarno dimasukan terlibat dengan gerakan G-30/S PKI, dan Otoriter serta berbagai hal lainnya yang diletakan pada kepribadian seorang Soekarno yang dikenal sebagai pencetus NASAKOM ( Nasionalisme, Agamaisme, Sosialisme, Komunisme) sehingga Soekarno di identikan dengan SOEKARNOISME. ( Buku karangan Nurani Soyomukti PEREMPUAN DIMATA SOEKARNO)

Dalam membaca biografi Soekarno dan dalam Buku PEREMPUAN DIMATA SOEKARNO, dimana dalam buku tersebut juga diulas kepribadian sang Bapak Proklamator ini serta pandangan-pandangnnya dalam hidup sampai pandangannya di dalam hal perempuan dan keberadaannya.

Otoriter dengan dikatakannya dirinya serta berbagai aturan yang mungkin beliau rancang sendiri untuk mengkodisikan Diri Soekarno sebagai presiden seumur hidup itu memang mungkin dilakukan, namun melihat kenyataan Indonesia hari ini menurut saya sudah masuk tahapan tercabik-cabik dan porak-poranda dalam segala hal, bahkan terancam secara toritorial kewilayahaan ini sangat mengugah hati dan pikiran saya untuk mencoba menggali segala segi dalam Negara ini, termasuk ketertarikan saya untuk mencoba membaca gagasan para peletak dasar dan pondasi Negara ini, Karena saya Percaya bahwa SEJARAH MERUPAKAN PETUNJUK UNTUK MELANGKAH KEDEPAN “ dalam segala hal” termasuk dalam dunia politik pemerintahan dan kenegaraan.

Saya kemudian melihat suatu fakta di Desa saya tepatnya di Desa Konde Kecamatan Bonegunu Kabupaten Buton Utara, hari ini di desa tersebut ada tanaman jambu mente dan kopra. Pada tahun 1960 an keatas, daerah ini bahkan pernah dilanda kelaparan. Dimana masyarakat akhirnya banyak yang merantau untuk mencukupi hidup dan mencari hidup di negeri orang. Pada akhirnya kebutuhan sandang, pangan, papan pun tidak mengalami perubahan. Program pemerintah dengan menganjurkan rakyat menaman kelapa, jambu mente demi kesejahteraan dan untuk menopang hidup mereka nantinya malah disalah tafsirkan bahwa, kalau ini sudah berbuah nantinya atau berhasil maka akan di nikmati dan dimiliki oleh pemerintah dalam hal ini saat itu camat. Akhirnya sang pemerintah saat itu, menurut cerita dari rakyat disana mengancam bahwa siapa saja yang tidak mengikuti program tanam jambu dan kelapa maka akan di hokum dengan hukuman berat, terpaksa rakyat menanam. Hari ini rakyat menikmati hasilnya, dan yang memerintahkan hal ini secara pribadi manusia telah tiada.

Dari fakta diatas jelas apa yang dilakukan oknum pemerintah itu adalah OTORITER tentunya, walaupun demi kesejahteraan rakyat, tapi itu disadari setelah berlangsung lama. Yakni hari ini bukan kemarin waktu awal akan dikatakan.

Saya berpikir, Negara ini waktu merdeka dengan dikumandangkannya PROKLAMAI OLEH IR. SOEKARNO DAN DRS. MUHAMMAD HATTA dalam kondisi yang keterbelakanga disegala hal, disusul dengan sumber daya manusia yang berstatus berpendidikan tentunya sangat terbatas jumlahnya, sehingga untuk mempengaruhi dan menyadarkan rakyat yang baru bebas untuk bergegas melangkah maju dengan ketertinggalan dari berbagai macam segi saya kira itu sangat sulit, asumsi jika diberikan kebebasan kepada rakyat dalam hal ini dilepas, diberikan kebebasan disegala bidang termasuk politik untuk menentukan pilihan langsung pemimpin seperti sekarang ini, saya kira hanya akan menimbulkan berbagai macam problem karena pengetahuan mereka masih terbelakang, karena penjajahan yang terlampau mendarah daging. Hanya satu hal yang mesti dilakukan oleh pemerintah saat itu saya wajar kalau menekan rakyat dengan tujuan untuk kebaikan, maka otoriter haru ditempuh. Saya tidak membela Soekarno dalam hal otoritismenya karena saya pun tidak tau apakah hal itu dilakukan dengan sadar berdasarkan pemikiran saya diatas atau itu dilakukan untuk dasar kekuasaan seumur hidup, namun Otoriter dalam pemerintahan saya nilai juga perlu dilakukan pada kondisi dan waktu tertentu.

Kemudian kajian perkataan Soekarno untuk menjadi presiden seumur hidup, saya juga berasumsi bahwa itu juga wajar dilakukan oleh manusia yang merasa bahwa dalam suatu perkumpulan orang apalagi dalam hal kebangsaan jika memang itu disadari bahwa belum ada yang layak menjadi presiden daripada juga diberikan kepada orang yang akan membawa kepada kehancuran, apalagi Indonesia baru merdeka maka lebih baik dipegang terus kekuasaan demi rakyat banyak, namun saya juga tidak tahu apakah Soekarno mengatakan hal itu berdasarkan pemikiran saya tau hanya sebatas untuk mengabadikan egeoismenya untuk menjadi presiden.

Saya berasusmsi bahwa Soekarno tentunya tidak akan mau menghancurkan Negara yang dia cintai ini sampai mesti rela Beliau di penjara ole Belanda, kemudian di asingkan ke Ende NTT dan berbagai tempat hanya untuk memenuhi egoismenya untuk berkuasa dalam kursi kepresidenan. Saya tidak begitu yakin bahwa beliau berkolaborasi dengan PKI dalam membuat pemberontakan yang konon kabarnya sampai ada gerakan pembakaran mesjid.

Bahkan saya melihat, Soekarno sebenarnya mempunyai konsep yang jauh kedepan dimana mungkin orang lain belum memikirkan apa yang akan terjadi beliau berhasil memprediksi kejadin itu dengan tepat, mengapa saya katakana demikina, NASAKOM pemikiran beliau yang dinilai akan mengkomuniskna Indonesia, menurut analisa saya itu merupakan pemikiran jenius yang berhasil menyatukan antara agama, social, komunis.

Hari ini disadari atau tidak, semua hal itu telah ada didalam kehidupan berbagsa bernegara kita, NASAKOM secara tidak disadari telah dijalani oleh kehidupan peradaban manusia dewasa ini, kita tentunya mesti banyak melihat kebelakang dengan mengkajinya secara mendalam,

Akhir dari pemikiran saya, manusia yang mesti menjadi presiden harus memiliki kecerdasan interlektuan dan spiritual karena kata sederhananya mesti bersih lahir dan bathin, karena kecerdasan intelektual terkadang kalah dengan perkataan bathin yang bersih. Jadi saya orang yang percaya akan kebatinan dan ketaqwaan, keimanan yang terakumulasi menjadi kebersihan hati manusia bisa mengalahkan kecerdasan manusia yang buta akan mata hatinya, tentunya itu adalah yang MAHA KUASALAH yang mengetahui dan berhak untuk menilainya, kita tentunya mesti banyak meminta petunjuk terhadap yang Maha Kuasa, termasuk dalam menentukan pemimpin, rakyat mestinya tidak tergoda dengan konsep, visi misi, serta janji kadidat pemimpin, tetapi yang lebih utama menurut saya jalan terbaik adalah, BERSUJUD DAN MENCARI PETUNJUK ALLLAH SWAT, INSYA ALLAH PASTI AKAN DITUNJUKAN KALAU KENA CARANYA, JADI MARI KITA BANYAK MENGENAL ESENSI KETUHANAN.

1 komentar:

Ronaldyos mengatakan...

hidup bung karno :)