pengunjung

Sabtu, 19 November 2011

kisah perjalanan paulus/saulus

Potret Paulus dari zaman-zaman awal.

Paulus dari Tarsus (awalnya Saulus dari Tarsus) atau Rasul Paulus, (3 Masehi–67 Masehi) diakui sebagai tokoh penting dalam penyebaran dan perumusan ajaran kekristenan yang bersumberkan dari pengajaran Yesus Kristus. Paulus memperkenalkan diri melalui kumpulan surat-suratnya dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen sebagai seorang Yahudi dari suku Benyamin, yang berkebudayaan Yunani (helenis) dan warga Roma dari Tarsus (sekarang di Turki). Mulanya ia seorang penganiaya orang Kristen (saat itu bernama Saulus), dan sesudah pengalamannya berjumpa Yesus di jalan menuju kota Damaskus, ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 9).
Paulus menyebut dirinya sebagai "rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi" (Roma 11:13). Dia membuat usaha yang luar biasa melalui surat-suratnya kepada komunitas non-Yahudi untuk menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus adalah untuk semua orang, bukan hanya orang Yahudi. Gagasan Paulus ini menimbulkan perselisihan pendapat antara murid-murid Yesus dari keturunan Yahudi asli dengan mereka yang berlatar belakang bukan Yahudi. Mereka yang dari keturunan Yahudi berpendapat bahwa untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang yang bukan Yahudi haruslah pertama-tama menjadi Yahudi terlebih dulu. Murid-murid yang mula-mula, Petrus, sempat tidak berpendirian menghadapi hal ini (lihat Galatia 2:11-14). Untuk menyelesaikan konflik ini, diadakanlah persidangan di Yerusalem yang dipimpin oleh Petrus dan Yakobus, adik Yesus Kisah Para Rasul 15), yang disebut sebagai Sidang Sinode atau Konsili Gereja yang pertama.
Konsili ini menghasilkan beberapa keputusan penting, misalnya:
1. untuk menikmati karya penyelamatan Yesus, orang tidak harus menjadi Yahudi terlebih dahulu
2. orang-orang Kristen yang bukan berasal dari latar belakang Yahudi tidak diwajibkan mengikuti tradisi dan pantangan Yahudi (misalnya perihal tentang sunat dan memakan makanan yang diharamkan).
3. Paulus mendapat mandat untuk memberitakan Injil ke daerah-daerah berbahasa Yunani.
Paulus dijadikan seorang Santo (orang suci) oleh seluruh gereja yang menghargai santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran. Dia berbuat banyak untuk kemajuan Kristen di antara para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap sebagai salah satu sumber utama dari doktrin awal Gereja, dan merupakan pendiri kekristenan bercorak Paulin/bercorak Paulus. Surat-suratnya menjadi bagian penting Perjanjian Baru. Banyak yang berpendapat bahwa Paulus memainkan peranan penting dalam menjadikan agama Kristen sebagai agama yang berdiri sendiri, dan bukan sebagai sekte dari Yudaisme.
• 1 Pertobatan
• 2 Kewarganegaan Roma
• 3 Surat-surat Paulus
o 3.1 Surat-surat Paulus
o 3.2 Surat-surat Deutero Pauline
• 4 Perjalanan misi Paulus
o 4.1 Pelayanan awal
o 4.2 Perjalanan misi pertama
o 4.3 Konsili Yerusalem
o 4.4 Insiden di Antiokhia
o 4.5 Perjalanan misi kedua
o 4.6 Perjalanan misi ketiga
• 5 Kematian
• 6 Referensi
• 7 Pranala luar

Pertobatan
Patung Santo Paulus di Damaskus
Sebelum bertobat Paulus dikenal sebagai penganiaya umat Kristen mula-mula. Ia adalah seorang Farisi yang sangat taat kepada Hukum Taurat (Filipi 3:5). Kisah Para Rasul juga mengutip perkataan Paulus yang menyebut bahwa ia "adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi" (Kisah Para Rasul 23:6).
Pertobatan Paulus dapat diperkirakan pada 33-36 [1][2][3] dengan mengacu pada salah satu suratnya.[4] Menurut Kisah Para Rasul, pertobatannya (atau metanoia) terjadi di jalan menuju Damaskus di mana ia mengalami "pertemuan" dengan Yesus, yang kemudian menyebabkan ia menjadi buta untuk sementara (Kisah Para Rasul 9:1-31, 22:1-22, 26:9-24)
Kewarganegaan Roma
Paulus secara sah memiliki kewarganegaraan Roma. Sumber mengenai kewarganegaraan Paulus dicatat dalam beberapa bagian pada Kisah Para Rasul:
• Kis. 16:37-39. Tetapi Paulus berkata kepada orang-orang itu: "Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam-diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar." Pejabat-pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar-pembesar kota. Ketika mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Rum, maka takutlah mereka. Mereka datang minta maaf lalu membawa kedua rasul itu ke luar dan memohon, supaya mereka meninggalkan kota itu.
• Kis. 22:25-29. Tetapi ketika Paulus ditelentangkan untuk disesah, berkatalah ia kepada perwira yang bertugas: "Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?" Mendengar perkataan itu perwira itu melaporkannya kepada kepala pasukan, katanya: "Apakah yang hendak engkau perbuat? Orang itu warganegara Rum." Maka datanglah kepala pasukan itu kepada Paulus dan berkata: "Katakanlah, benarkah engkau warganegara Rum?" Jawab Paulus: "Benar." Lalu kata kepala pasukan itu: "Kewarganegaraan itu kubeli dengan harga yang mahal." Jawab Paulus: "Tetapi aku mempunyai hak itu karena kelahiranku." Maka mereka yang harus menyesah dia, segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Rum.
• Kis. 23:23-27. Kemudian kepala pasukan memanggil dua perwira dan berkata: "Siapkan dua ratus orang prajurit untuk berangkat ke Kaisarea beserta tujuh puluh orang berkuda dan dua ratus orang bersenjata lembing, kira-kira pada jam sembilan malam ini. Sediakan juga beberapa keledai tunggang untuk Paulus dan bawalah dia dengan selamat kepada wali negeri Feliks." Dan ia menulis surat, yang isinya sebagai berikut: "Salam dari Klaudius Lisias kepada wali negeri Feliks yang mulia. Orang ini ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan ketika mereka hendak membunuhnya, aku datang dengan pasukan mencegahnya dan melepaskannya, karena aku dengar, bahwa ia adalah warganegara Roma.
Kisah Para Rasul juga mencatat bahwa ketika Paulus diadili oleh Festus, ia menuntut naik banding kepada Kaisar (Kis. 25-26). Hanya yang berkewarganegaraan Romalah yang bisa naik banding langsung kepada Kaisar.
Surat-surat Paulus
Paulus sedang menulis surat-suratnya, Abad 16 (Blaffer Foundation Collection, Houston, Texas).
Surat-surat Paulus bukan hanya menjadi alat komunikasi antara dirinya dengan komunitas-komunitas Kristen perdana, melainkan juga sebagai uraian teologisnya. Setidaknya ada 13 Surat dalam Perjanjian Baru yang menyebut Paulus sebagai penulisnya.[5] Akan tetapi, para ahli Perjanjian Baru tidak memiliki kata sepakat untuk menentukan mana surat yang ditulis sendiri oleh Paulus (surat-surat Pauline) dan mana surat yang mengatasnamakan dirinya sebagai penulis (surat-surat deutero Pauline).[5] Konsensus yang diterima secara umum di kalangan parah ahli Perjanjian Baru mengenai surat-surat Paulus adalah sebagai berikut:[5]
Surat-surat Paulus
1. Surat 1 Tesalonika
2. Surat 1 Korintus
3. Surat 2 Korintus
4. Surat Galatia
5. Surat Roma
6. Surat Filipi
7. Surat Filemon
Surat-surat Deutero Pauline
1. Surat Kolose
2. Surat Efesus
3. Surat 2 Tesalonika
4. Surat 1 Timotius
5. Surat 2 Timotius
6. Surat Titus
Perjalanan misi Paulus
Pelayanan awal
Rumah yang diyakini sebagai milik Ananias di Damaskus
Setelah pertobatannya, Paulus pergi ke Damaskus, di mana Kisah Para Rasul menyatakan dirinya disembuhkan dari kebutaan dan dibaptis oleh Ananias di Damaskus [6] Paulus mengatakan bahwa ia kemudian pertama-tama pergi ke tanah Arab, dan kemudian kembali ke Damaskus (Galatia 1:17). Dia menjelaskan dalam Galatia bagaimana tiga tahun setelah pertobatannya, ia pergi ke Yerusalem. Di sana ia bertemu Yakobus dan tinggal bersama Simon Petrus selama 15 hari (Galatia 1:13-24)
Tidak ada catatan tertulis eksplisit bahwa Paulus telah mengenal Yesus secara pribadi sebelum Penyaliban namun dipastikan bahwa ia mengetahui pelayanan Yesus dan juga pengadilan Yesus di hadapan Imam Besar. Paulus menegaskan bahwa ia menerima Injil bukan dari orang lain, melainkan oleh wahyu Yesus Kristus (Galatia 1:11-12).
Dalam Galatia ia menceritakan bahwa 14 tahun setelah pertobatannya ia masuk kembali ke Yerusalem (Gal. 2:1-10). Tidak diketahui sepenuhnya apa yang terjadi selama 14 tahun ini, tetapi baik Kisah Para Rasul maupun Galatia memberikan beberapa detail parsial.[7] Pada akhir masa ini, Barnabas pergi untuk mencari Paulus dan membawa dia kembali ke Antiokhia (Kis 11:26).
Ketika bencana kelaparan terjadi di Yudea, sekitar 45-46,[8] Paulus dan Barnabas berangkat ke Yerusalem untuk memberikan dukungan finansial dari komunitas Antiokhia.[9] Menurut Kisah Para Rasul, Antiokhia menjadi pusat alternatif bagi penyebaran orang Kristen setelah kematian Stefanus. Di Antiokhialah para pengikut Yesus pertama kali disebut "Kristen" (Kis. 11:26)
Perjalanan misi pertama

Bab Kisan, diyakini sebagai tempat Paulus melarikan diri dari penganiayaan di Damaskus
Penulis Kisah Para Rasul menyusun perjalanan Paulus menjadi tiga perjalanan terpisah. Perjalanan pertama, (Kis. 13-14) awalnya dipimpin oleh Barnabas, yang mengambil Paulus dari Antiokhia menuju Siprus kemudian Asia Kecil (Anatolia) selatan, dan kembali ke Antiokhia. Di Siprus, Paulus memarahi dan membutakan mata Elimas si penyihir (Kis. 13:8-12) yang mengkritik ajaran-ajaran mereka. Dari titik ini, Paulus digambarkan sebagai pemimpin kelompok.[10] Antiokhia dilayani sebagai pusat kekristenan utama dari penginjilan Paulus. [11]
Konsili Yerusalem
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konsili Yerusalem
Kebanyakan sarjana setuju bahwa pertemuan penting antara Paulus dan jemaat di Yerusalem terjadi di antara tahun 48-50,[4] yang dijelaskan dalam Kis. 15:2 dan biasanya dilihat sebagai peristiwa yang sama dengan yang disebutkan oleh Paulus dalam Galatia 2:1.[4] Pertanyaan kunci yang diajukan adalah apakah non-Yahudi yang bertobat perlu disunat.[12] Pada pertemuan ini, Petrus, Yakobus, dan Yohanes menyetujui misi Paulus bagi bangsa-bangsa lain.
Insiden di Antiokhia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Insiden di Antiokhia
Meskipun perjanjian dicapai pada Konsili Yerusalem sebagaimana yang dipahami oleh Paulus, Paulus menceritakan bagaimana ia kemudian di depan umum menentang Petrus, atas keengganan Petrus untuk berbagi makan dengan orang Kristen non-Yahudi di Antiokhia.[13]
Di dalam Galatia, yang merupakan sumber utama dari insiden di Antiokhia, Paulus melaporkan apa yang ia katakan kepada Petrus: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?" (Galatia 2:11-14). Paulus juga menyebutkan bahwa bahkan Barnabas (rekan seperjalanannya hingga saat itu) memihak kepada Petrus.[14]
Hasil akhir dari insiden tersebut masih belum jelas. The Catholic Encyclopedia menyatakan: "catatan Paulus atas insiden itu tidak meninggalkan keraguan bahwa Petrus melihat keadilan dari teguran itu." Setelah kejadian itu Paulus kemudian meninggalkan Antiokhia.
Perjalanan misi kedua
Dalam perjalanan misi kedua, Paulus ditemani oleh Silas. Mereka berangkat dari Antiokhia, menuju Syria dan Kilikia, dan tiba di selatan Galatia. Di Listra, Timotius bergabung dengan mereka. Mereka menyeberangi daerah Frigia dan perbatasan Misia. Lalu mereka bergabung dengan Lukas di Troas. Dia memutuskan untuk pergi ke Eropa, dan di Makedonia ia mendirikan komunitas Kristen pertama Eropa: Jemaat Filipi. Juga di Tesalonika, Berea, Athena dan Korintus. Dia tinggal selama 1,5 tahun di Korintus, di rumah sepasang suami-isteri, Akwila dan Priskila (Kisah Para Rasul 18:11). Pada musim dingin tahun 51, ia menulis surat pertama kepada Jemaat Tesalonika, dokumen tertua dari Perjanjian Baru. Tahun berikutnya ia kembali ke Antiokhia.
Perjalanan misi ketiga
Setelah tinggal di Antiokhia beberapa saat, Paulus pergi ke Galatia dan Frigia untuk mendukung gereja-gereja yang telah ia dirikan pada perjalanan sebelumnya (Kisah Para Rasul 18:23). Kemudian ia berkeliling pada wilayah barat Bitinia dan tiba di Efesus dengan perjalanan darat. Di Efesus ia menulis surat pertamanya kepada orang-orang Korintus pada tahun 54 dan surat kedua pada akhir 57.
Setelah tiga tahun di Efesus, Paulus kemudian mengunjungi Asia Kecil dan Yunani. Kemudian mendahului Lukas, ia berlayar ke Troas, disertai beberapa murid-muridnya (Kisah Para Rasul 20:4), disebabkan karena rencana pembunuhan terhadap dirinya oleh orang-orang Yahudi. Dan akhirnya ia kembali ke Yerusalem dan bertemu dengan Yakobus di sana.
Kematian
Alkitab tidak mengatakan bagaimana dan kapan Paulus meninggal. Namun menurut tradisi Kristen, Paulus dipenggal di Roma pada masa pemerintahan Nero pada sekitar pertengahan 60-an di Tre Fontane Abbey.
Pada bulan Juni 2009, Paus Benediktus mengumumkan hasil penggalian makam Paulus di Basilika Santo Paulus di Luar Tembok. Sarkofagus itu sendiri tidak terbuka, namun diuji dengan upaya penyelidikan. Dan itu menunjukkan potongan-potongan kemenyan, kain ungu dan kain biru serta fragmen tulang kecil. Tulang itu bertanggal radiokarbon abad ke-1 hingga ke-2. Menurut Vatikan, ini tampaknya mengkonfirmasi tradisi makam milik Paulus.[15]
Referensi
1. ^ Bromiley, Geoffrey William (1979). International Standard Bible Encyclopedia: A-D (International Standard Bible Encyclopedia (Wbeerdmans)). Wm. B. Eerdmans Publishing Company. hlm. 689. ISBN 0-8028-3781-6.
2. ^ Barnett, Paul (2002). Jesus, the Rise of Early Christianity: A History of New Testament Times. InterVarsity Press. hlm. 21. ISBN 0-8308-2699-8.
3. ^ L. Niswonger, Richard (1993). New Testament History. Zondervan Publishing Company. hlm. 200. ISBN 0-310-31201-9.
4. ^ a b c "Paul, St" Cross, F. L., ed. The Oxford dictionary of the Christian church. New York: Oxford University Press. 2005
5. ^ a b c Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 1. Bandung: Bina Media Informasi. 29.>
6. ^ Hengel, Martin and Anna Maria Schwemer, trans. John Bowden. Paul Between Damascus and Antioch: The Unknown Years Westminster John Knox Press, 1997. ISBN 0-664-25736-4
7. ^ Barnett, Paul The Birth Of Christianity: The First Twenty Years (Eerdmans Publishing Co. 2005) ISBN 0-8028-2781-0 p. 200
8. ^ Ogg, George, Chronology of the New Testament in Peake's Commentary on the Bible (Nelson) 1963)
9. ^ Barnett p. 83
10. ^ Peta perjalanan misi pertama
11. ^ Harris
12. ^ Kisah Para Rasul 15:2, Galatia 2:1
13. ^ Catholic Encyclopedia: Judaizers lihat bagian judul: "The Incident At Antioch"
14. ^ Catholic Encyclopedia: Judaizers
15. ^ St Paul's tomb unearthed in Rome dari BBC News (08-12-2006); http://www.dw-world.de/dw/article/0,,4442169,00.html?maca=en-rss-en-all-1573-rdf
• Badenas, Robert. Christ the End of the Law, Romans 10.4 in Pauline Perspective 1985 ISBN 0-905774-93-0 argues that telos is correctly translated as goal, not end, so that Christ is the goal of the Law, end of the law would be antinomianism
• Brown, Raymond E. An Introduction to the New Testament. Anchor Bible Series, 1997. ISBN 0-385-24767-2.
• Bruce, F.F., Paul: Apostle of the Heart Set Free (ISBN 0-8028-4778-1)
• Dunn, James D.G. Jesus, Paul and the Law 1990 ISBN 0-664-25095-5
• Hart, Michael. The 100. Carol Publishing Group, July 1992. Paperback, 576 pages. ISBN 0-8065-1350-0.
• Maccoby, Hyam. The Mythmaker: Paul and the Invention of Christianity. New York: Harper & Row, 1986. ISBN 0-06-015582-5.
• MacDonald, Dennis Ronald, 1983. The Legend and the Apostle : The Battle for Paul in Story and Canon Philadelphia: Westminster Press.
• Marxsen, Willi, 1992. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Pranala luar
• Epistles of Apostle Paul Bishop Alexander (Orthodox Christian perspective)
• St. Paul (Catholic Encyclopedia)
• The Apostle and the Poet: Paul and Aratus Dr. Riemer Faber
• New Perspective on Paul
• Jewish Encyclopedia: Saul of Tarsus
Perjalanan Paulus

Perjalanan Pertama 1. Antiokhia • 2. Seleukia • 3. Siprus • 3a.Salamis • 3b. Pafos • 4. Perga • 5.Antiokhia di Pisidia • 6. Konya (Ikonium) • 7. Listra • 8. Derbe • 9. Antalya • 10. Antiokhia (kembali}


Perjalanan Kedua 1. Kilikia • 2. Derbe • 3. Listra • 4. Frigia • 5.Galatia • 6. Misia (Alexandria Troas) • 7. Samotrake • 8. Kavala (Neapolis) • 9. Filipi • 9. Amfipolis • 10. Apolonia • 11. Tesalonika • 12. Beroea • 13. Athena • 14. Korintus • 15. Kengkrea • 16. Efesus • 17. Siria • 18. Kaisarea (Caesarea Maritima) • 19. Yerusalem 20. Antiokhia


Perjalanan Ketiga 1. Galatia • 2. Frigia • 3. Efesus • 4. Makedonia • 5.Korintus • 6. Kengkrea • 7. Makedonia (lagi) • 8. Troad (Troas) • 9. Asos • 10. Metilene • 11. Khios • 12. Samos • 13. Miletus • 14. Kos • 15. Rodos 16. Patara • 17. Tirus • 18. Ptolemais • 19. Kaisarea (Caesarea Maritima) • 20. Yerusalem




Pertobatan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pertobatan Paulus

Patung Santo Paulus di Damaskus
Sebelum bertobat Paulus dikenal sebagai penganiaya umat Kristen mula-mula. Ia adalah seorang Farisi yang sangat taat kepada Hukum Taurat (Filipi 3:5). Kisah Para Rasul juga mengutip perkataan Paulus yang menyebut bahwa ia "adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi" (Kisah Para Rasul 23:6).
Pertobatan Paulus dapat diperkirakan pada 33-36 [1][2][3] dengan mengacu pada salah satu suratnya.[4] Menurut Kisah Para Rasul, pertobatannya (atau metanoia) terjadi di jalan menuju Damaskus di mana ia mengalami "pertemuan" dengan Yesus, yang kemudian menyebabkan ia menjadi buta untuk sementara (Kisah Para Rasul 9:1-31, 22:1-22, 26:9-24)
Kewarganegaan Roma
Paulus secara sah memiliki kewarganegaraan Roma. Sumber mengenai kewarganegaraan Paulus dicatat dalam beberapa bagian pada Kisah Para Rasul:
• Kis. 16:37-39. Tetapi Paulus berkata kepada orang-orang itu: "Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam-diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar." Pejabat-pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar-pembesar kota. Ketika mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Rum, maka takutlah mereka. Mereka datang minta maaf lalu membawa kedua rasul itu ke luar dan memohon, supaya mereka meninggalkan kota itu.
• Kis. 22:25-29. Tetapi ketika Paulus ditelentangkan untuk disesah, berkatalah ia kepada perwira yang bertugas: "Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?" Mendengar perkataan itu perwira itu melaporkannya kepada kepala pasukan, katanya: "Apakah yang hendak engkau perbuat? Orang itu warganegara Rum." Maka datanglah kepala pasukan itu kepada Paulus dan berkata: "Katakanlah, benarkah engkau warganegara Rum?" Jawab Paulus: "Benar." Lalu kata kepala pasukan itu: "Kewarganegaraan itu kubeli dengan harga yang mahal." Jawab Paulus: "Tetapi aku mempunyai hak itu karena kelahiranku." Maka mereka yang harus menyesah dia, segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Rum.
• Kis. 23:23-27. Kemudian kepala pasukan memanggil dua perwira dan berkata: "Siapkan dua ratus orang prajurit untuk berangkat ke Kaisarea beserta tujuh puluh orang berkuda dan dua ratus orang bersenjata lembing, kira-kira pada jam sembilan malam ini. Sediakan juga beberapa keledai tunggang untuk Paulus dan bawalah dia dengan selamat kepada wali negeri Feliks." Dan ia menulis surat, yang isinya sebagai berikut: "Salam dari Klaudius Lisias kepada wali negeri Feliks yang mulia. Orang ini ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan ketika mereka hendak membunuhnya, aku datang dengan pasukan mencegahnya dan melepaskannya, karena aku dengar, bahwa ia adalah warganegara Roma.
Kisah Para Rasul juga mencatat bahwa ketika Paulus diadili oleh Festus, ia menuntut naik banding kepada Kaisar (Kis. 25-26). Hanya yang berkewarganegaraan Romalah yang bisa naik banding langsung kepada Kaisar.
Surat-surat Paulus


Paulus sedang menulis surat-suratnya, Abad 16 (Blaffer Foundation Collection, Houston, Texas).
Surat-surat Paulus bukan hanya menjadi alat komunikasi antara dirinya dengan komunitas-komunitas Kristen perdana, melainkan juga sebagai uraian teologisnya. Setidaknya ada 13 Surat dalam Perjanjian Baru yang menyebut Paulus sebagai penulisnya.[5] Akan tetapi, para ahli Perjanjian Baru tidak memiliki kata sepakat untuk menentukan mana surat yang ditulis sendiri oleh Paulus (surat-surat Pauline) dan mana surat yang mengatasnamakan dirinya sebagai penulis (surat-surat deutero Pauline).[5] Konsensus yang diterima secara umum di kalangan parah ahli Perjanjian Baru mengenai surat-surat Paulus adalah sebagai berikut:[5]
Surat-surat Paulus
1. Surat 1 Tesalonika
2. Surat 1 Korintus
3. Surat 2 Korintus
4. Surat Galatia
5. Surat Roma
6. Surat Filipi
7. Surat Filemon
Surat-surat Deutero Pauline
1. Surat Kolose
2. Surat Efesus
3. Surat 2 Tesalonika
4. Surat 1 Timotius
5. Surat 2 Timotius
6. Surat Titus
Perjalanan misi Paulus
Pelayanan awal

Rumah yang diyakini sebagai milik Ananias di Damaskus
Setelah pertobatannya, Paulus pergi ke Damaskus, di mana Kisah Para Rasul menyatakan dirinya disembuhkan dari kebutaan dan dibaptis oleh Ananias di Damaskus [6] Paulus mengatakan bahwa ia kemudian pertama-tama pergi ke tanah Arab, dan kemudian kembali ke Damaskus (Galatia 1:17). Dia menjelaskan dalam Galatia bagaimana tiga tahun setelah pertobatannya, ia pergi ke Yerusalem. Di sana ia bertemu Yakobus dan tinggal bersama Simon Petrus selama 15 hari (Galatia 1:13-24)
Tidak ada catatan tertulis eksplisit bahwa Paulus telah mengenal Yesus secara pribadi sebelum Penyaliban namun dipastikan bahwa ia mengetahui pelayanan Yesus dan juga pengadilan Yesus di hadapan Imam Besar. Paulus menegaskan bahwa ia menerima Injil bukan dari orang lain, melainkan oleh wahyu Yesus Kristus (Galatia 1:11-12).
Dalam Galatia ia menceritakan bahwa 14 tahun setelah pertobatannya ia masuk kembali ke Yerusalem (Gal. 2:1-10). Tidak diketahui sepenuhnya apa yang terjadi selama 14 tahun ini, tetapi baik Kisah Para Rasul maupun Galatia memberikan beberapa detail parsial.[7] Pada akhir masa ini, Barnabas pergi untuk mencari Paulus dan membawa dia kembali ke Antiokhia (Kis 11:26).
Ketika bencana kelaparan terjadi di Yudea, sekitar 45-46,[8] Paulus dan Barnabas berangkat ke Yerusalem untuk memberikan dukungan finansial dari komunitas Antiokhia.[9] Menurut Kisah Para Rasul, Antiokhia menjadi pusat alternatif bagi penyebaran orang Kristen setelah kematian Stefanus. Di Antiokhialah para pengikut Yesus pertama kali disebut "Kristen" (Kis. 11:26)
Perjalanan misi pertama


Bab Kisan, diyakini sebagai tempat Paulus melarikan diri dari penganiayaan di Damaskus
Penulis Kisah Para Rasul menyusun perjalanan Paulus menjadi tiga perjalanan terpisah. Perjalanan pertama, (Kis. 13-14) awalnya dipimpin oleh Barnabas, yang mengambil Paulus dari Antiokhia menuju Siprus kemudian Asia Kecil (Anatolia) selatan, dan kembali ke Antiokhia. Di Siprus, Paulus memarahi dan membutakan mata Elimas si penyihir (Kis. 13:8-12) yang mengkritik ajaran-ajaran mereka. Dari titik ini, Paulus digambarkan sebagai pemimpin kelompok.[10] Antiokhia dilayani sebagai pusat kekristenan utama dari penginjilan Paulus. [11]
Konsili Yerusalem
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konsili Yerusalem
Kebanyakan sarjana setuju bahwa pertemuan penting antara Paulus dan jemaat di Yerusalem terjadi di antara tahun 48-50,[4] yang dijelaskan dalam Kis. 15:2 dan biasanya dilihat sebagai peristiwa yang sama dengan yang disebutkan oleh Paulus dalam Galatia 2:1.[4] Pertanyaan kunci yang diajukan adalah apakah non-Yahudi yang bertobat perlu disunat.[12] Pada pertemuan ini, Petrus, Yakobus, dan Yohanes menyetujui misi Paulus bagi bangsa-bangsa lain.
Insiden di Antiokhia
Meskipun perjanjian dicapai pada Konsili Yerusalem sebagaimana yang dipahami oleh Paulus, Paulus menceritakan bagaimana ia kemudian di depan umum menentang Petrus, atas keengganan Petrus untuk berbagi makan dengan orang Kristen non-Yahudi di Antiokhia.[13]
Di dalam Galatia, yang merupakan sumber utama dari insiden di Antiokhia, Paulus melaporkan apa yang ia katakan kepada Petrus: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?" (Galatia 2:11-14). Paulus juga menyebutkan bahwa bahkan Barnabas (rekan seperjalanannya hingga saat itu) memihak kepada Petrus.[14]
Hasil akhir dari insiden tersebut masih belum jelas. The Catholic Encyclopedia menyatakan: "catatan Paulus atas insiden itu tidak meninggalkan keraguan bahwa Petrus melihat keadilan dari teguran itu." Setelah kejadian itu Paulus kemudian meninggalkan Antiokhia.
Perjalanan misi kedua
Dalam perjalanan misi kedua, Paulus ditemani oleh Silas. Mereka berangkat dari Antiokhia, menuju Syria dan Kilikia, dan tiba di selatan Galatia. Di Listra, Timotius bergabung dengan mereka. Mereka menyeberangi daerah Frigia dan perbatasan Misia. Lalu mereka bergabung dengan Lukas di Troas. Dia memutuskan untuk pergi ke Eropa, dan di Makedonia ia mendirikan komunitas Kristen pertama Eropa: Jemaat Filipi. Juga di Tesalonika, Berea, Athena dan Korintus. Dia tinggal selama 1,5 tahun di Korintus, di rumah sepasang suami-isteri, Akwila dan Priskila (Kisah Para Rasul 18:11). Pada musim dingin tahun 51, ia menulis surat pertama kepada Jemaat Tesalonika, dokumen tertua dari Perjanjian Baru. Tahun berikutnya ia kembali ke Antiokhia.
Perjalanan misi ketiga
Setelah tinggal di Antiokhia beberapa saat, Paulus pergi ke Galatia dan Frigia untuk mendukung gereja-gereja yang telah ia dirikan pada perjalanan sebelumnya (Kisah Para Rasul 18:23). Kemudian ia berkeliling pada wilayah barat Bitinia dan tiba di Efesus dengan perjalanan darat. Di Efesus ia menulis surat pertamanya kepada orang-orang Korintus pada tahun 54 dan surat kedua pada akhir 57.
Setelah tiga tahun di Efesus, Paulus kemudian mengunjungi Asia Kecil dan Yunani. Kemudian mendahului Lukas, ia berlayar ke Troas, disertai beberapa murid-muridnya (Kisah Para Rasul 20:4), disebabkan karena rencana pembunuhan terhadap dirinya oleh orang-orang Yahudi. Dan akhirnya ia kembali ke Yerusalem dan bertemu dengan Yakobus di sana.
Kematian
Alkitab tidak mengatakan bagaimana dan kapan Paulus meninggal. Namun menurut tradisi Kristen, Paulus dipenggal di Roma pada masa pemerintahan Nero pada sekitar pertengahan 60-an di Tre Fontane Abbey.
Pada bulan Juni 2009, Paus Benediktus mengumumkan hasil penggalian makam Paulus di Basilika Santo Paulus di Luar Tembok. Sarkofagus itu sendiri tidak terbuka, namun diuji dengan upaya penyelidikan. Dan itu menunjukkan potongan-potongan kemenyan, kain ungu dan kain biru serta fragmen tulang kecil. Tulang itu bertanggal radiokarbon abad ke-1 hingga ke-2. Menurut Vatikan, ini tampaknya mengkonfirmasi tradisi makam milik Paulus.[15]
Referensi
1. ^ Bromiley, Geoffrey William (1979). International Standard Bible Encyclopedia: A-D (International Standard Bible Encyclopedia (Wbeerdmans)). Wm. B. Eerdmans Publishing Company. hlm. 689. ISBN 0-8028-3781-6.
2. ^ Barnett, Paul (2002). Jesus, the Rise of Early Christianity: A History of New Testament Times. InterVarsity Press. hlm. 21. ISBN 0-8308-2699-8.
3. ^ L. Niswonger, Richard (1993). New Testament History. Zondervan Publishing Company. hlm. 200. ISBN 0-310-31201-9.
4. ^ a b c "Paul, St" Cross, F. L., ed. The Oxford dictionary of the Christian church. New York: Oxford University Press. 2005
5. ^ a b c Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 1. Bandung: Bina Media Informasi. 29.>
6. ^ Hengel, Martin and Anna Maria Schwemer, trans. John Bowden. Paul Between Damascus and Antioch: The Unknown Years Westminster John Knox Press, 1997. ISBN 0-664-25736-4
7. ^ Barnett, Paul The Birth Of Christianity: The First Twenty Years (Eerdmans Publishing Co. 2005) ISBN 0-8028-2781-0 p. 200
8. ^ Ogg, George, Chronology of the New Testament in Peake's Commentary on the Bible (Nelson) 1963)
9. ^ Barnett p. 83
10. ^ Peta perjalanan misi pertama
11. ^ Harris
12. ^ Kisah Para Rasul 15:2, Galatia 2:1
13. ^ Catholic Encyclopedia: Judaizers lihat bagian judul: "The Incident At Antioch"
14. ^ Catholic Encyclopedia: Judaizers
15. ^ St Paul's tomb unearthed in Rome dari BBC News (08-12-2006); http://www.dw-world.de/dw/article/0,,4442169,00.html?maca=en-rss-en-all-1573-rdf
• Badenas, Robert. Christ the End of the Law, Romans 10.4 in Pauline Perspective 1985 ISBN 0-905774-93-0 argues that telos is correctly translated as goal, not end, so that Christ is the goal of the Law, end of the law would be antinomianism
• Brown, Raymond E. An Introduction to the New Testament. Anchor Bible Series, 1997. ISBN 0-385-24767-2.
• Bruce, F.F., Paul: Apostle of the Heart Set Free (ISBN 0-8028-4778-1)
• Dunn, James D.G. Jesus, Paul and the Law 1990 ISBN 0-664-25095-5
• Hart, Michael. The 100. Carol Publishing Group, July 1992. Paperback, 576 pages. ISBN 0-8065-1350-0.
• Maccoby, Hyam. The Mythmaker: Paul and the Invention of Christianity. New York: Harper & Row, 1986. ISBN 0-06-015582-5.
• MacDonald, Dennis Ronald, 1983. The Legend and the Apostle : The Battle for Paul in Story and Canon Philadelphia: Westminster Press.
Pranala luar
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu kitab yang dari dua kitab dan terdapat dalam Perjanjian Baru.[1][2][3] Surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika ini dikirim sebanyak dua kali.[1][2][3] Bentuk dan ciri dari kitab ini adalah surat.[1][2][3] Kitab ini sama dengan kitab yang lainnya, yang ditulis oleh Paulus.[1][2][3] Tesalonika menjadi nama dari surat ini.[1][2][3] Nama tersebut diambil dari nama tempat yang dituju oleh Paulus.[1][2][3] Tesalonika sendiri merupakan ibukota dari Makedonia, sebuah provinsi di kerajaan Roma.[1][2][3] Paulus merupakan pendiri Jemaat di Tesalonika, khususnya setelah ia meninggalkan Filipi.[1][2][3]
Beberapa lama kemudian, orang-orang Yahudi iri hati kepada Paulus dan mulai menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang non-Yahudi.[1][2] Mereka marah karena orang non-Yahudi telah menunjukkan minat terhadap agama Yahudi.[1][2] Oleh sebab itu, Paulus dengan terpaksa meninggalkan Tesalonika, lalu dia pergi ke Berea.[1][2] Setibanya di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, danrekan- rekannya yang lain, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.[1][2]
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini memiliki tujuan khusus.[4] Surat ini ditulis untuk memberi dorongan dan keteguhan kepada jemaat-jemaat yang ada di daerah itu.[4] Paulus bersyukur atas berita yang diterimanya tentang iman dan kasih mereka.[4] Paulus mengingatkan mereka tentang kehidupannya sendiri ketika ia masih berada di tengah-tengah jemaat-jemaat di Tesalonika pada masa lalu.[4] Setelah menceritakan semuanya itu, Paulus pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang kembalinya Kristus datang ke dunia.[4] Ada pun pertanyaan yang mereka ajukan, seperti:[5] kalau seorang Kristen meninggal sebelum Kristus datang kembali, apakah orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan datang kembali? Paulus pun menasihati mereka supaya terus bekerja dengan tenang sambil menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.[5]
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Ayat-ayat terkenal
• 2 Isi
• 3 Sumber
• 4 Muatan Teologinya
• 5 Lihat pula
• 6 Pranala luar
• 7 Refrensi

Ayat-ayat terkenal
• 1 Tesalonika 2:17: Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu.
• 1 Tesalonika 4:14: Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
• 1 Tesalonika 5:16-18: Bersukacitalah senantiasa. (5:17) Tetaplah berdoa. (5:18) Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Isi
Berikut adalah garis besar isi Kitab Satu Tesalonika:[4]
• Salam (1:1)
• Doa Ucapan Syukur (1:2-3)
• Kenang-kenangan Tesalonika (1:4-2:16)
o Jawaban untuk Jemaat Tesalonika (1:4-10)
o Pengajaran Injil di Tesalonika (2:1-16)
 Motif-motif si Pengkhotbah (2:1-6)
 Upah si Pengkhotbah (2:7-9)
 Perilaku si Pengkhotbah (2:10-12)
 Pesan si Pengkhotbah (2:13)
 Penganiayaan (2:14-16)
• Hubungan Paulus dengan Jemaat Tesalonika (2:17-3:13)
o Keinginan Paulus untuk Kembali (2:17-18)
o Paulus Bersukacita (2:19-20)
o Misi Timotius (3:1-5)
o Laporan Timotius (3:6-8)
o Kepuasan Paulus (3:9-10)
o Doa Paulus (3:11-13)
• Nasihat Kehidupan Orang Kristen (4:1-12)
o Umum (4:1-2)
o Kesucian Seksualitas (4:3-8)
o Kasih Persaudaraan (4:9-10)
o Upah Kehidupan Seseorang (4:11-12)
• Masalah-masalah yang berkaitan dengan Parousia (4:13-5:11)
o Orang-orang Percaya yang Mati sebelum Parousia (4:13-18)
o Masa Parousia (5:1-3)
o Masa Depan (5:4-11)
• Nasihat Umum (5:12-22)
• Penutup
Sumber
Garis-garis Besar KitabTesalonika I :[6]
• Pendahuluan 1:1
• Syukur dan pujian 1:2--3:13
• Nasihat mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen 4:1-12
• Penjelasan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya 4:13--5:11
• Nasehat-nasihat terakhir 5:12-22
• Penutup 5:23-28
Muatan Teologinya
kedatangan Yesus Kristus kembali ke dunia ini adalah fokus utama Paulus dalam suratnya ke jemaat Tesalonika.[7] Hal ini tidak mengherankan, jikalau kita teringat sebab-sebabnya Paulus mengarang surat ini.[7] Tidak dapat tidak bahwa kesukaran, yang dialami di dunia ini mengantar pikiran orang saleh kepada saat yang berbahagia.[7] Dalam hal ini, Kristus menyatakan diri-Nya dalam segala keagungan dan kekuasaan-Nya.[7] Apalagi Paulus merasa dirinya wajib memperbaiki anggapan-anggapan yang salah tentang zaman akhir pada saat itu.[7]
Namun, ini bukan berarti bahwa rasul Paulus bermaksud memberikan suatu eskatologi yang lengkap dan teratur.[7] Paulus tidak menganjurkan suatu filsafat sejarah dan tidak juga mengembangkan pikiran manusia tentang keadaan alam semesta.[7] Dia malah menjelaskan tentang penyataan Allah sendiri, yang diakui dan sah oleh iman dan yang sangat besar artinya bagi jemaat Kristus.[7]
Oleh karena itu, apa yang dikatakan Paulus dalam surat ini tentang pengharapan jemaat Kristen akan penggenapan segala janji Tuhan pada kesudahan alam, semuanya itu tak boleh dipandang sebagai ramalan atau alasan pelbagai perhitungan saja.[7] maksud Paulus tidak lain hanyalah untuk menunjukkan kepada jemaat kepastian dan kesempurnaan keselamatan yang sudah disediakan baginya.[7] Kepercayaan kepada Hari Tuhan itu seharusnya merupakan sumber penghiburan, kekuatan, kegembiraan dan ketabahan hati bagi jemaat dalam sengsaranya.[7] Pengharapan akan parousia segera memenuhi batin orang Kristen dengan terang dan pengharapan, yang tidak diberikan oleh dunia ini, dan akan memberikan kekuatan kepada segenap kehidupan jemaat selama masih berjuang di bumi.[7]

S urat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Surat 1 Korintus)



1 Cor. 1:1-2a dari abad ke-14Minuscule 223
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus merupakan salah satu dari ketiga surat (1 & 2 Korintus dan Roma) yang menempati posisi sentral dalam Perjanjian Baru.[1] Surat Korintus yang pertama ditulis setelah Paulus menerima kabar buruk dari orang-orang Kloe.[2] Berita buruk tersebut adalah timbulnya persoalan-persoalan, seperti keikutsertaan jemaat Korintus dalam upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman di depan orang-orang kafir dan pelacuran.[3] Selain masalah-masalah etis dan moral, surat ini juga merupakan surat penggembalaan untuk menegur jemaat di Korintus yang memiliki berbagai macam karunia, sehingga menjadikan jemaat satu dengan yang lainnya saling menyombongkan diri. [3]
Daftar isi
Ayat-ayat terkenal
• 1 Korintus 10:13: Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
• 1 Korintus 13:4-8: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.
Konteks Surat I Korintus
Gambaran kota Korintus
Kota Korintus bukanlah kota kuno yang telah lama dikenal sebagai pusat perdagangan, budaya, dan berbagai macam kegiatan politik, melainkan kota ini pernah dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada 146 SM.[4] Barulah setelah kehancuran itu, kota Korintus dibangun kembali oleh Julius Caesar pada tahun 44 SM.[4] Setelah pembangunan kembali, kota ini pun dikenal sebagai pusat provinsi Romawi, yaitu Akhaya yang dipimpin oleh Gubernur Galio dan menjadi pusat perdagangan yang berkembang, khususnya industri keramik (barang tembikar).[4] [2] Selain perdagangan tembikar, kota ini dikenal juga karena kemajuannya yang pesat dalam kebudayaan, pendidikan, dan juga karena banyaknya agama Hellenis yang terdapat di sana.[3] Kota ini didominasi oleh Akrokorintus yang dikenal sebagai dewi asmara.[2] Pelayanan dewi ini banyak menghasilkan tindakan-tindakan amoral pada zaman Aristofanes.[2] Tindakan amoral itu didominasi oleh perilaku seksual yang sembarangan dan pemujaan dewa-dewi Romawi di kuil-kuil utama dan orang-orang Kristen di Korintus ada sebagian yang termasuk mengikuti praktik-praktik amoral tersebut.[4]
Gambaran Jemaat di Korintus
Paulus menyebut orang Korintus 'tidak kekurangan dalam suatu karunia pun'.[2] Atas keadaan inilah, jemaat di Korintus menjadi sangat bergembira, namun sikap ini juga yang membuat jemaat di Korintus menjadi congkak, puas diri, sehingga keadaan jemaat menjadi kacau.[2] Akibat kekacauan ini, jemaat Korintus mengalami ekstase (kegembiraan yang meluap).[2] Ekstase ini ditujukan bukan lagi kepada Kristus, melainkan terhadap perempuan-perempuan yang dapat memenuhi hasrat mereka.[2] Terjadinya berbagai macam penyimpangan moral di jemaat Korintus sebenarnya timbul dari komunitas Yahudi Gnostik.[5] Gnostisisme adalah gerakan spiritual yang mempengaruhi kehidupan Kristen, awalnya di sekitar Laut Tengah.[5] Selanjutnya, dalam praktik penyembahan berhala, jemaat di Korintus dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang rasionalis.[2]
Penulis, Waktu dan Tempat Penulisan surat I Korintus
Paulus dikenal sebagai penulis surat yang pertama kepada jemaat di Korintus (I Korintus 5:9).[4] Ia menulis surat ini antara tahun 57 dan 58 di kota Efesus (1 Kor.16:8,19).[6]
Tujuan penulisan
Keberadaan jemaat di Korintus dikenal karena perpecahan mereka antara berbagai golongan dan karena perilaku moral mereka yang menyimpang, sehingga masing-masing membanggakan keunggulannya dan berbuat semaunya tanpa ada aturan.[6] [5] Adanya perbedaan antara mereka sebenarnya bukan timbul dari kejahatan mereka saja, namun juga disebabkan oleh guru-guru agama yang membuat perbedaan golongan.[6] Atas perbedaan-perbedaan inilah Paulus menulis suratnya untuk menegur perpecahan yang telah merusak iman jemaat.[6]
Garis Besar Isi
Secara garis besar, isi surat I Korintus terbagi menjadi sebelas, yaitu:[2]
• Salam dan pengantar (1:1-9).
• Perpecahan dalam jemaat; terdapat perbandingan antara ajaran Paulus dengan ajaran Apolos (1:10-4:21).
• Kejadian maksiat (asusila) (5:1-13).
• Peringatan lebih lanjut terhadap masalah asusila (6:1-20).
• Pembicaraan mengenai perkawinan (7:1-40).
• Persoalan tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala: tafsiran Paulus mengenai pelayanan yang rasuli (8:1-11:1).
• Pembenaran terhadap ketidakberaturan dalam perkumpulan ibadah; tutup kepala wanita, pesta kasih, dan perjamuan kudus (11:2-34).
• Karunia-karunia rohani (12:1-31; 14:1-40).
• Konsep tentang Kasih (13:1-13).
• Ajaran Kristen yang benar tentang kebangkitan orang mati (15:1-58).
• Petunjuk tentang pengumpulan persembahan bagi Yerusalem; berbagai macam peringatan; salam penutup (16:1-24)
Pokok-pokok Teologis
Jemaat harus menjadi satu persekutuan di dalam Tuhan
Mengingatkan jemaat di Korintus untuk tetap dalam persekutuan (koinonia), sehati sepikir, seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara jemaat merupakan perhatian utama Paulus.[7] Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena dalam jemaat timbul beberapa alasan yang membuat perpecahan itu, pertama adanya berbagai ajaran yang membuat jemaat berselisih (1 Kor.1:11) dan iri hati (1 Kor.3:3).[7] Kedua, orang yang "kuat" mencari kesenangan sendiri dalam ritual penyembahan berhala, sehingga mereka tidak memperhatikan keadaan orang "lemah" (1 Kor.10:33), kemudian yang ketiga adanya orang-orang tertentu yang melahap habis hidangan saat perjamuan bersama, sehingga orang yang datang belakangan tidak mendapatkan jatahnya dan menjadi lapar (1 Kor.11:17-34), dan yang terakhir juga ditimbulkan karena adanya orang yang saling membanggakan karunianya masing-masing.[7] Dalam peringatan ini juga, Paulus menggunakan metafora tentang banyak anggota dalam satu tubuh untuk memberitahu jemaat bahwa setiap anggota harus saling mendukung.[7]
Hidup kudus sebagai tubuh Kristus
Sabagai umat Allah, (1 Kor.1:24; 10:32) jemaat harus menunjukkan hidupnya dalam kekudusan. [7] Paulus harus mengingatkan bahwa status mereka bukanlah kagi "orang biasa", melainkan mereka adalah umat yang telah disucikan, dikuduskan serta dibenarkan oleh Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus. [7] Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena banyak dari anggota jemaat yang terlibat dalam hubungan seks, bahkan hubungan seks sesama anggota keluarga, padahal mereka belum ada dalam hubungan suami-isteri, ada juga yang datang ke kuil-kuil untuk dilayani pelacur, dan melakukan ritual-ritual penyembahan berhala.[7] [6] Sebenarnya prkatek-praktik kejahatan dan perzinahan tersebut pada saat itu tidak dilarang, bahkan diizinkan oleh tradisi karena saat itu sedang terkenal istilah "tubuh adalah rumah jiwa", sehingga orang harus menjaga jiwa dengan memenuhi keinginan tubuh mereka.[7] Untuk menanggapi persoalan bergaul dengan pelacur, Paulus berangkat dari Amsal 6:26&32 bahwa selain merusak, hal itu juga dapat menyebabkan berdosa terhadap dirinya sendiri.[7] Kedua, menanggapi slogan yang terkenal di atas, Paulus menegaskan bahwa tubuh adalah milik Allah dan merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus, oleh karena itu jemaat harus memuliakan Allah dengan tubuhnya.[7]
Kebangkitan orang mati
Permasalahan ini timbul ke permukaan disebabkan oleh sekelompok orang yang tidak memahami kebangkitan tubuh (1 Kor. 15:12) serta bagaimana kebangkitan itu terjadi (1 Kor.15:35).[7] Masyarakat Roma memahami bahwa kematian dapat membebaskan jiwa dari tubuh.[7] Maka dari itulah jemaat Kristen di Korintus tidak percaya akan hal ini, karena pemahaman mereka yang masih dipengaruhi oleh Helenistik yang mengatakan bahwa jika ada kehidupan sesudah kematian, maka hanya merupakan tipe dari suatu keberadaan yang tidak bertubuh.[7] Maka tanggapan Paulus akan hal ini menegaskan bahwa orang yang sudah mati dapat bangkit sekalipun tubuh jasmaninya (soma psychicon) telah hancur, karena menurutnya kehancuran tubuh jasamani itu akan diganti dengan tubuh rohani dalam kepribadian yang dikenal Allah (soma pneumatikon).[7] Melalui masalah kebangkitan ini, Paulus juga ingin memberitahu pada jemaat Korintus bahwa mereka semua telah memiliki iman yang sama yaitu iman di atas Yesus Kristus yang telah bangkit pada hari ketiga dari antara orang mati.[7] Lewat pemberitaan ini, Paulus menghubungkan bahwa antara kebangkitan Yesus dengan kebangkitan orang percaya di masa depan tidak terpisahkan.[7] Ketidakterpisahan ini dikatakan Paulus bahwa kematian orang-orang percaya tidak akan binasa, karena mereka mati bersama Kristus dan kematiannya tidak menjadi binasa karena kebangkitan Kristus.[7] Selanjutnya, Paulus juga memberikan perhatiannya pada kebangkitan orang percaya di masa depan.[7] Ia menegaskan bahwa tanpa kebangkitan tubuh, tidak mungkin ada kekekalan (1 Kor.15:18,19).[7]
Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus adalah lanjutan dari surat pertama yang juga ditujukan untuk jemaat di Korintus. Surat ini langsung ditulis oleh Paulus.[1] Melalui surat ini Paulus ingin menerangkan mengapa ia melakukan perubahan rencana perjalanan ke Korintus.[1] Ia juga menyampaikan pujiannya kepada jemaat Korintus karena telah menaati pesan yang disampaikannya pada suratnya yang pertama.[1] Titus adalah orang yang ditunjuk Paulus untuk mengantarkan surat ini, dengan harapan agar surat yang kedua juga disambut dengan baik oleh jemaat di Korintus.[1]
Daftar isi

Ayat-ayat terkenal
• 2 Korintus 3:17: Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.
• 2 Korintus 4:6: Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.
Konteks Surat
Surat ini berusaha menjawab permasalahan yang terjadi di Korintus.[2] Ketika itu terjadi pertikaian antara Paulus dan golongan orang yang memfitnahnya.[2] Mereka adalah rasul-rasul palsu yang memberitakan Yesus yang lain.[3] Akan tetapi, lawannya justru mengklaim Paulus sebagai rasul palsu sehingga kewenangannya sebagai rasul patut diragukan.[2] Tindakan Paulus meninggalkan mereka dengan terburu-buru akhirnya menjadi hal yang disesalinya dikemudian hari, karena tindakannya itu seolah-olah membuktikan kebenaran tuduhan yang dikenakan kepadanya.[2] Akhirnya orang-orang Kristen di Korintus ditinggalkan dalam keadaan yang kacau, di tengah-tengah pertikaian yang belum usai.[2]
Tempat dan Waktu Penulisan
Surat ini dikirim setelah Paulus bertemu dengan Titus di Makedonia.[2] Titus kemudian diutus kembali ke Korintus untuk mengantarkan surat dari Paulus bagi jemaat di Korintus.[3] Jadi, besar kemungkinan surat ini ditulis di Makedonia pada akhir tahun 56. [4]
Maksud Penulisan
Maksud penulisan surat ini terkait erat dengan pertikaian yang pernah terjadi sebelumnya.[3] Berdasarkan hal itu ia ingin membenarkan dirinya dari tuduhan yang sudah dikenakan pada dirinya, sekaligus menjelaskan bahwa ia adalah rasul yang sebenarnya dan bukan rasul palsu seperti yang mereka tuduhkan.[3] Surat ini juga mencatat ungkapan syukur Paulus karena segala sesuatu yang sudah dibenarkan, dan bahwa Tuhan selalu menghiburnya ketika mengalami masa-masa sulit, hal ini disampaikan untuk menghibur jemaat Korintus yang juga sedang mengalami masa-masa sulit (pasal 1-7).[1] Dalam surat ini Paulus juga menasehati mereka memenuhi janjinya untuk mengumpulkan uang yang nantinya akan diberikan kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem.[1] Surat ini juga menceritakan kesedihan Paulus karena tidak bisa datang ke Korintus untuk mengunjungi mereka, dengan ini Paulus berharap kalau mereka tahu kesedihan Paulus karena sangat mengasihi mereka.[4]
Struktur dan Isi
Struktur dan isi Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus, dapat dijabarkan sebagai berikut:[5]
• Pembukaan Surat (1:1-11).
o Salam (ay. 1, 2).
o Ungkapan syukur (ay. 3-11).
• Paulus membela diri di hadapan jemaat Korintus ( 1:12-7:16).
o Pertanyaan mengenai perjalanan Paulus ke Korintus (1:12-2:13).
o Paulus mempertahankan kerasulan (2:14-7:4).
 Kesetiaan Rasul (2:14-3:6).
 Keunggulan Rasul dalam Perjanjian Baru (3:7-4:6).
 Kelemahan dan penderitaan Rasul (4:7-5:10).
 Pengalamannya di masa lalu dan masa sekarang (4:7-12).
 Harapannya (4:13-5:10).
 Rasul sebagai duta besar dan pelayan Allah (5:11-6:10).
 Kesimpulan ganda (6:11-7:4).
o Perjalanan Paulus berikutnya (7:5-16).
• Pengumpulan uang untuk Gereja Yerusalem (8:1-9:15).
o Rekomendasi untuk pengumpulan uang dan utusan-utusan (pasal 8).
o Rekomendasi kedua (pasal 9).
• Pertentangan pendapat dan pertahanan (10:1-13:10).
o Paulus mempertahankan diri an pekerjaannya melawan tuduhan pribadi (pasal 10).
o Sanjungan diri Paulus (11:1-12:18).
o Pemberitahuan akhir (12:19-13:10).
• Penutup Surat (13:11-13).
Tema-tema Teologis
Penghiburan di Tengah Penderitaan
Surat ini diawali dengan ucapan syukur kepada Allah karena telah membebaskan Paulus dari kesedihan dan penderitaan.[6] Penderitaan yang Paulus alami dalam pelayanannya sangatlah berat, sehingga ia merasa seperti dijatuhi hukuman mati.[6] Paulus memuji Allah karena penghiburan yang diberikan oleh-Nya di tengah penderitaan.[6] Penghiburan yang ia rasakan akhirnya menguatkannya dalam melakukan pelayanan, karena itulah ia pun akhirnya harus membagi penghiburan tersebut ke orang lain agar merekapun dapat merasakan penghiburan dari Allah.[6]
Hidup di Tengah Kesedihan
Perubahan rencana Paulus untuk mengunjungi jemaat Korintus menimbulkan banyak tanggapan negatif dari lawan-lawannya di Korintus.[6] Perubahan rencana tersebut memojokkan Paulus, Paulus dituduh sebagai orang yang memiliki ketidakmampuan dan ketidakpedulian terhadap pelayanan di jemaat Korintus.[6] Di satu sisi memang benar kalau Paulus mengadakan perubahan rencana mengenai perjalanannya ke Korintus, tetapi di sisi lain tuduhan yang dikenakan padanya tidaklah benar.[6] Itulah sebabnya ia menulis surat kepada mereka dan menceritakan kesedihan yang ia rasakan supaya ketika ia datang lagi mereka akan bersukacita (2:3).[6] Surat ini justru ingin mengungkapkan bahwa Paulus mengasihi mereka.[6]
Hidup di Tengah Ancaman Kematian
Bagian ini pun ingin menceritakan tentang penderitaan yang Paulus hadapi dalam melakukan pelayanan.[6] Penderitaan yang ia alami, membuat hidupnya seperti terancam dengan kematian.[6] Inilah hal yang membuat ia berserah penuh pada Allah sehingga ia dimampukan.[6]
Membantu yang Miskin sebagai Wujud Kasih Allah
Sukacita yang ia alami tidak membuatnya lupa dengan keadaan jemaat lain yang sedang mengalami kesulitan.[6] Ia meminta agar jemaat Korintus mengumpulkan uang untuk membantu saudara-saudara seiman yang miskin di Yerusalem.[6] Pemberian persembahan ini merupakan wujud dari pembaharuan yang telah dilakukan Allah kepada mereka.[6] Tujuan lainnya adalah agar tercipta keseimbangan di antara umat Allah.[6]
Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Surat Galatia)
Belum Diperiksa


Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru.[1] Kitab ini pada awalnya berbentuk surat.[1] Kitab Galatia adalah surat yang ditulis oleh Paulus untuk jemaat di Galatia.[1] Nama Kitab ini berasal dari nama tempat yang menjadi tujuannya.[1] Orang-orang Galatia adalah orang-orang yangberasal dari suku bangsa Keltik yang masa itu tinggal di Asia Kecil.[1]
Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi.[1] Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus.[1] Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali.[1] Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah di Anatolia Pusat di Asia Kecil.[1] Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.[1]
Surat Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu.[1] Dengan kata lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar.[1] Paulus memulai suratnya ini dengan berkata bahwa ia adalah rasul Yesus Kristus.[1] Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi rasul dan bukan dari manusia.[1] Dia juga mengatakan bahwa tugasnya ditujukan terutama untuk orang yang bukan Yahudi (1-2).[1] Setelah itu, Paulus mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa hubungan manusia dengan Tuhan diperbaharui atau menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Kristus (3-4).[1] Di dalam pasal-pasal terakhir kitab ini (5-6), Paulus menjelaskan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen itu disebabkan karena iman percayanya kepada Kristus.[1] Iman percaya tersebut akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan Kristen, yaitu kasih.[1]

Daftar isi
[tampilkan]

Isi
Garis-garis besar surat Paulus kepada jemaat Galatia:[2][3]
• Pendahuluan 1:1-10
• Hak Paulus sebagai rasul 1:11--2:21
• Injil tentang rahmat Tuhan 3:1--4:31
• Kebebasan dan kewajiban orang Kristen 5:1--6:10
• Penutup 6:11-18
• Paulus Anti-Kristen
Ayat-ayat terkenal
• Galatia 3:28: Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
• Galatia 5:22-23: Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Latar Belakang
Surat Galatia ini ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu.[4] Paulus diberitahu bahwa jemaat di Galatia dikacaukan oleh pengajaran yang sesat.[4] Surat Paulus ini juga ditulis di tengah-tengah hangatnya pergumulan di komunitas yahudi pada saat itu.[4] Orang-orang Yahudi ingin men-yahudi-kan segala jemaat dan mereka memasuki juga jemaat yang didirikan oleh Paulus.[4] Hal ini pun mendapat perlawanan dari Paulus.[4]
Orang Yudais itu mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus dikerjakan dengan jalan menaati Hukum Taurat.[4] Paulus pun mendapat cobaan dan tantangan dalam halam hal ini.[4] Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk menghasut orang-orang Galatia untuk melawan Paulus, dengan menghasut kerasulannya.[4]
Paulus memang tidak diteguhkan menjadi rasul oleha rasul dan dia juga tidak menjadi murid Yesus ketika Yesus hidup.[4] Bahkan Paulus tidak pernah melihat Yesus dengan mata kepalanya sendiri.[4] Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang yang menghasut oleh Paulus.[4] Dari isi surat Galatia ini, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha tersebut hampir berhasil (1:6).[4] Oleh karena itu, Paulus bereaksi dengan tegas, emosi, dan terus terang, tetapi juga memiliki argumen yang kuat.[4]
Muatan Teologis
Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya bahwa manusia dibenarkan karena imannya di dalam Kristus, bukan karena melakukan Taurat.[4] Tema Fundamental ini ini terkenal dengan pengalaman religiusnya sendiri dan penolakkannya terhadap upaya-upayakeras untuk memperoleh keselamatan melalui disiplin biara Katolik.[4]
Dengan demikian, sejak itu ia telah memberi eksegesis secara keliru[4]. Luther merasakan kebebasan luar biasa, ketika ia melepaskan beban perasaan bersalah yang amat mendalam.[4] Ia membeca perkataan Paulus dalam Surat Galatia dan Roma yang mengatakan bahwa Allah menganggap orang yang percaya kepada Kristus sebagai orang benar hanya karena imannya, sekalipun ia adalah orang berdosa.[4] Kebenaran diberikan kepadannya, ia dinyatakan sebagai orang benar oleh karena anugerah Allah, sekalipun ia tetap berdosa.[4]
Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat.[4] Para penentang Paulus menekankan agar orang-orang non-Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesisas harus terlebih dahulu menjadi orang Yahudi dan menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab Suci.[4] Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari keturunan Abraham terutama adalah iman (3:8).[4] Bagi orang-orang non-Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan mereka dalam Kristus (3:26).[4]
Dalam Pandangan Paulus, manusia tidak dihakimi berdasarkan perbuatannya, tetapi oleh apa yang telah mereka terima dari Kristus.[4]

Surat Paulus kepada Jemaat di Roma
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(

Rasul Paulus ditangkap di Roma
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma adalah salah satu surat yang terdapat di Alkitab Perjanjian Baru yang sangat diyakini sebagai tulisan asli Paulus.[1] Dalam surat ini terkesan bahwa tugas Paulus di kawasan Timur kerajaan Roma telah selesai.[2] Maka semestinya surat ini merupakan surat terakhir Paulus yang ditulisnya di kawasan timur.[1] Ada anggapan bahwa surat ini adalah sebuah ringkasan komprehensif dari seluruh teologi Paulus.[3] Hal ini disebabkan keadaan jiwa Paulus yang lebih reflektif ketika menulis surat ini daripada surat Galatia atau surat Korintus.[3] Surat Paulus kepada jemaat di Roma ini ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungan Paulus kepada mereka.[3] Selain itu, Paulus juga sedang memperhalus beberapa aspek pemikirannya yang ternyata disalahtafsirkan.[3] Hal ini menjadi prioritas Paulus saat itu.[3]
Daftar isi
[tampilkan]

Ayat-ayat terkenal
• Roma 3:23-24: Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
• Roma 6:23: Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
• Roma 8:28: Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Konteks
Penulis
Penulis surat ini adalah Paulus.[1] Ia menulis surat ini tanpa tergesa-gesa.[1] Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma dan oleh karena itu ia tidak begitu mengetahui mengenai jemaat ini.[1] Ia mendapatkan informasi dari orang-orang Kristen yang berasal dari Roma.[1] Sudah sejak lama Paulus ingin mengunjungi orang-orang Kristen di Roma tetapi keinginannya tersebut selalu terhalang.[1] Ia sangat ingin menyampaikan Injil di sana.[4] Sewaktu Paulus berada di Efesus, Paulus merencanakan untuk pergi melalui Akhaya dan Makedonia.[4] Keinginan Paulus bertambah besar ketika ia mengalami kesulitan di Yerusalem dan ia merasa kehidupannya seolah-olah akan segera berakhir.[4] Saat itu ia mendapatkan penglihatan bahwa Tuhan berdiri di sampingnya dan menguatkannya untuk dapat terus menguatkan hati sehingga Paulus dapat bersaksi juga di Roma.[4] Dalam surat ini Paulus menyebut dirinya sebagai hamba (doulos) Kristus Yesus.[1] Di dalam surat-suratnya yang lain Paulus menyebut dirinya rasul (apostolos).[5] Ia menyebut dirinya hamba karena Paulus bukanlah pendiri dari jemaat ini.[1] Paulus merasa dirinya menjadi seorang hamba bukan karena keinginan dirinya sendiri tetapi karena kuasa Kristus Yesus.[1]
Tujuan surat
Surat Paulus ini sudah pasti ditujukan kepada jemaat di Roma.[4] Jemaat Roma pada saat itu sedang mendapat banyak tekanan baik dari orang Yahudi maupun orang-orang Roma sendiri.[1] Selain itu di dalam tubuh jemaat Roma sendiri sedang terjadi konflik.[1] Oleh karena itu Paulus mengirimkan surat ini untuk menasihati jemaat di Roma.[1] Paulus menasihati mereka bagaimana seharusnuya bersikap terhadap keadaan mereka dan bagaimana sikap mereka kepada pemerintah.[1] Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.[6] Sepanjang surat ini, Paulus menekankan bahwa hukum Taurat tidak lagi mengikat sebagai hukum.[6] Karena Taurat tersebut tidak lagi berlaku, kecuali sebagai sejarah kudus yang menceritakan bagaimana umat bisa sampai pada keadaan sekarang ini.[6]
Tempat dan waktu penulisan
Diperkirakan bahwa Paulus menulis surat ini ketika tinggal di Korintus.[1] Di sana ia tinggal di rumah Gayus dan dengan tenang ia menulis surat kepada jemaat di Roma.[1] Paulus menulis surat ini kira-kira pada tahun 58 M.[4] Ada juga pendapat yang mengemukakan bahwa surat ini ditulis sekitar tahun 56 atau 57.[1] Waktu itu ia sedang menyelesaikan tugasnya untuk membantu jemaat di Yerusalem yang saat itu sangat miskin dan membutuhkan dana.[4] Ketika surat ini dibuat, Paulus sedang bersiap-siap untuk membawakan dana kepada jemaat di Yerusalem.[4]
Struktur
Surat Roma merupakan surat yang menyangkut banyak aspek dan hasil dari penyusunan yang sangat teliti.[4] Untuk memahaminya, surat ini dapat dibagi menjadi empat bagian:[4]
• Pasal 1-8, mengenai masalah kebenaran
• Pasal 9-11, berbicara mengenai masalah bangsa Yahudi
• Pasal 12-15, mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis
• Pasal 16, surat pengantar untuk Fede dan daftar nama orang-orang yang dikirimi salam oleh Paulus
Muatan teologis
Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan
Dalam surat Roma ini, Paulus memberikan penjelasan mengenai Injil secara menyeluruh.[1] Ia menegaskan bahwa dirinya dipanggil dan diutus oleh Allah untuk memberitakan Injil dan menuntun bangsa-bangsa supaya percaya dan taat kepada Allah.[5] Paulus mendefinisikan Injil (euangelion) sebagai kekuatan Allah.[1] Ungkapan ini menunjukkan ciri Kristologi Paulus.[1] Injil menjadi kekuatan Allah yang menyelamatkan.[1] Injil menjadi representasi dari kuasa Allah yang menyelamatkan, bukan hanya sekadar menjadi informasi tentang penyelamatan Allah.[1] Tindakan penyelamatan Allah tersebut terjadi di dalam Injil dan bertujuan untuk menyelamatkan setiap manusia.[1] Injil menyelamatkan semua bangsa baik Yahudi maupun non Yahudi.[5]
Kutuk dan pembenaran Allah
Paulus juga berbicara mengenai kutuk Allah.[1] Manusia yang hidup tanpa Kristus digambarkan seperti manusia yang hidup di dalam kutuk.[1] Menurut Paulus orang Yahudi maupun non Yahudi telah berdosa dan berada di bawah murka Allah.[1] Mereka gagal mengenal siapa Allah sesungguhnya dan menyembah berhala.[1] Paulus juga mengingatkan bahwa Hukum Taurat dan sunat memang baik dan suci tetapi tidak dapat dipakai untuk membenarkan manusia di hadapan Allah.[5] Bagi Paulus manusia dibenarkan bukan karena perbuatannya tetapi oleh iman.[1] Pembenaran cuma-cuma datang dari Allah melalui Kristus yang telah mati di kayu salib.[1] Dalam hal ini Paulus tidak setuju dengan pemahaman Yahudi yang meyakini bahwa seseorang dapat dibenarkan oleh perbuatan.[5]
Hidup dalam pengharapan
Paulus menggambarkan orang beriman adalah orang yang mengalami penderitaan dan tetap memiliki pengharapan akan pemenuhan janji Allah.[1] Menurut Paulus ada tiga dasar pengharapan bagi orang beriman.[1]
1. Kematian Kristus. Paulus menegaskan bahwa kematian Kristus merupakan inisiatif Allah untuk memenangkan dan mendamaikan manusia dengan Allah.[1]
2. Kebangkitan Kristus. Paulus mendasarkan pengharapan orang percaya pada Kristus yang bangkit dan hidup.[1] Meskipun orang percaya akan mati karena dosa Adam tetapi akan dibangkitkan di masa yang akan datang.[1]
3. Pemberian Roh Kudus. Pemberian Roh Kudus merupakan tanda kasih Allah kepada orang beriman.[1] Ada jaminan yang diberikan kepada orang beriman bahwa sekalipun mengalami penderitaan, Allah tidak akan mengecewakan mereka.[1]
Di dalam surat ini, Paulus juga melukiskan pengharapan sebagai suatu hasrat yang besar dalam menantikan Allah yang akan menyatakan status orang beriman sebagai anak-anak Allah.[1] Status ini yang akan dinyatakan kepada manusia.[5]
Kesetiaan Allah kepada Israel
Paulus juga membahas persoalan yang saat itu dihadapi yaitu masalah kepercayaan akan Kristus.[1] Banyak yang menganggap bahwa Allah tidak setia kepada umat pilihan-Nya Israel.[1] Paulus mencoba menegaskan hal ini bahwa Allah tetap setia kepada Israel.[1] Meskipun demikian, Allah adalah Allah yang Mahakuasa dan bebas menentukan pilihan-Nya.[1] Allah murka kepada orang-orang Yahudi karena mereka gagal melaksanakan hukum Taurat.[1] Allah memilih orang non-Yahudi menjadi umat-Nya untuk membuat orang-orang Yahudi iri.[7] Namun demikian, tidak selamanya Allah akan murka kepada mereka.[1] Allah akan tetap setia kepada Israel dan bangsa-bangsa lain jika mereka takut akan Allah.[7] Pada akhirnya, Allah akan tetap menyelamatkan semua orang Israel baik Yahudi maupun non-Yahudi.[7]
Gereja sebagai tubuh Kristus
Dalam surat ini Paulus juga menghimbau jemaat di Roma untuk mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup dan berkenan di hadapan Allah.[1] Untuk mewujudkan hal tersebut, sebagai manusia yang hidup di dalam dunia, Paulus mengingatkan jemaat di Roma agar tidak serupa dengan dunia ini melainkan harus berubah oleh pembaharuan akal budi.[1] Sebagai sebuah persekutuan, jemaat harus hidup dalam kasih.[1] Paulus mengingatkan bahwa golongan yang kuat haruslah mengasihi golongan yang lemah dan golongan yang lemah harus meneriima golongan yang kuat.[5] Kedua golongan yang ada di jemaat Roma saat itu diingatkan oleh Paulus untuk saling menerima dan mengasihi satu sama lain.[1] Dengan demikian keutuhan persekutuan jemaat sebagai tubuh Kristus dapat dipertahankan.[1]
Antara lain berdasarkan Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002
urat Paulus kepada Jemaat di Filipi adalah surat yang ditulis oleh Rasul Paulus untuk jemaat Kristen yang ada di kota Filipi.[1] Surat ini dikelompokkan sebagai surat-surat dari penjara bersama-sama dengan surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Kolose, dan Filemon.[2]
Bagian pengantarnya menyebutkan bahwa Paulus dibantu oleh rekan sekerjanya yaitu Timotius dalam pengiriman surat kepada jemaat Filipi.[3] Surat ini terutama ditujukan kepada semua orang percaya yang tinggal di Filipi dengan para penilik jemaat dan diaken.[3]
Walaupun surat ini ditulis dalam penjara tetapi Paulus tetap mengucap syukur dan berdoa bagi jemaat di Filipi karena ia tetap yakin akan iman jemaat di sana.[3]
Daftar isi
[tampilkan]

Ayat-ayat terkenal
• Filipi 4:4: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
• Filipi 4:6: Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
• Filipi 4:13: Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Latar Belakang
Kota Filipi
Kota Filipi dulunya bernama Krenides.[2] Kredines dalam bahasa Yunani adalah krene yang artinya mata air.[2] Kota ini terletak di daerah pedalaman Yunani tepatnya di Via Egnatia yakni satu jalan yang menjadi penghubung antara daerah timur dan baratRomawi.[2] Nama Filipi berasal dari nama seorang raja Makedonia, Filipus II, yang melakukan penyerangan antara tahun 360-356 SM dan berhasil menaklukkan kota ini.[2]
Banyak dari penduduk kota Filipi adalah para budak dan veteran perang.[2] Penyebabnya, pada tahun 42 SM telah terjadi peperangan antara Brutus dan Kassius melawan Antonius dan Oktavianus yang dimenangkan Antonius dan Oktavianus.[2] Perang terulang kembali pada tahun 31 SM kali ini Oktavianus mengalahkan Antonius dan diangkat menjadi kaisar.[2] Orang-orang yang mendukung Antonius pun dibuang ke Filipi.[2] Tidak mengherankan bila para budak, veteran perang, penduduk pribumi dan para pemimpin kota berbaur di kota ini.[2]
Sementara itu, kelompok orang-orang Yahudi ditemukan sangat sedikit jumlahnya di Filipi.[2] Terbukti dengan tidak ditemukannya rumah ibadah Yahudi kecuali sebuah rumah sembahyang yang terletak di luar kota.[2] Keterangan ini berdasarkan laporan Paulus tentang perjalanannya di Filipi sebagaimana yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 16:13.[2] Kota Filipi adalah kota yang pertama kali dikunjungi Paulus dalam perjalanannya di Eropa.[2]
Penulis, Tempat, dan Waktu
Penulis surat ini adalah Paulus.[2] Pada waktu menuliskan surat ini,Rasul Paulus sedang berada di dalam penjara (Filipi 1:7,14,17).[1] Lokasi penjaranya tidak diketahui dengan pasti.[1] Beberapa dugaan yang ada Paulus ditempatkan di penjara Roma, Kaesaria atau Efesus.[1] Namun demikian, bila mengacu pada Filipi 1:22, yang menyebutkan tentang 'istana kaisar' maka besar kemungkinan penjara yang dimaksud adalah penjara di kota Roma.[1]
Keadaan Jemaat
Jemaat Filipi didirikan Paulus sekitar tahun 49-50.[1] Jemaat di Filipi terdiri dari orang-orang Kristen bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 16:33b), orang -orang Yahudi yang sudah menjadi KristenKisah Para Rasul 16:13 dan disebutkan pula orang-orang yang takut akan TuhanKisah Para Rasul 16:14.[2] Hubungan Paulus dengan jemaat ini terjalin dengan baik bahkan jemaat Filipi menyatakan kesediaan mereka untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus melalui perantaraan Epafroditus.[1] Namun demikian, di dalam kehidupan berjemaat di Filipi rupanya ada sekelompok orang yang menentang Paulus seperti tertulis dalam Kisah Para Rasul 1:21.[1] Paulus menyatakan kritikannya kepada orang-orang ini secara tajam dalam Filipi 3:2.[1] Cukup banyak wanita menjadi anggota jemaat di Filipi. Di antara mereka adalah Sintikhe dan Euodia yang seringkali tidak sehati dan sepikiran dalam pelayanannya.[4]
Maksud dan Tujuan
untuk memberikan mnasihat kepada jemaat filipi karena dikota filipi terjadi suatu perpecahan sehingga paulus menuliskan surat ini dan diutus seorang anak rohaninya untuk mengantar surat tersebu...sebab paulus saat itu sedang dalam penjara.
Struktur Surat
Struktur Surat Paulus kepada jemaat Filipi adalah sebagai berikut:[5]
A. Pembukaan (1:1-11)
1. Salam (1:1-2)
2. Ucapan Syukur dan Doa (1:3-11)
B. Kesaksian dan Nasihat-nasihat (1:12-2:30)
1. Kesaksian tentang Paulus (1:12-26)
2. Nasihat-nasihat untuk Gereja (1:27-2:18)
• Nasihat untuk keteguhan iman (1:27-30)
• Nasihat untuk merendahkan diri (2:1-4)
• Kristus sebagai teladan (2:5-11)
• Nasihat agar tetap taat (2:12-18)
3. Kesaksian tentang Timotius dan Epafroditus(2:19-30)
• Tentang Timotius (2:19-24)
• Tentang Epafroditus (2:25-30)
C. Peringatan tentang Ajaran-ajaran Sesat dan pengalaman Paulus serta kehidupannya sebagai teladan (3:1-21)
1. Peringatan tentang bermegah diri (3:1-3)
2. Kehidupan Paulus, dulu dan kini : Sebuah Jawaban bagi Yudaisme (3:4-11)
3. Peringatan tentang Kesempurnaan ( 3:12-16)
4. Kehidupan Paulus sebagai Sebuah Keteladanan (3:17)
5. Peringatan melawan Pengajar-pengajar Sesat (3:20-21)
6. Kehidupan Paulus: Harapan akan dunia yang akan datang (3:20-21)
7. Nasihat-nasihat Terakhir ( 4:1-9)
E. Ucapan terima kasih atas keramahan orang -orang Filipi (4:10-20)
G. Penutup (4:21-23)
Pokok-pokok Teologi
Bersukacita di tengah Penderitaan
Di tengah penderitaan yang dialami jemaat Kristen di Filipi, Rasul Paulus meminta mereka tetap bersukacita.[2] Paulus mengangkat pengalaman pribadinya sebagai seorang pemberita Injil yang harus dipenjara oleh karena Injil yang disampaikannya.[2] Akan tetapi, dalam penderitaan ia tetap masih dapat bersukacita karena Injil itu mendapatkan kemajuan.[2] Banyak orang dalam penjara yang kemudian menjadi percaya setelah mendengarkan Injil yang Paulus beritakan.[2]
Ia juga mengangkat tokoh-tokoh lain seperti Kristus (Filipi 2:5-11), Timotius (Filipi 2:19-24), dan Epafroditus (Filipi 2:19-30).[2] Ketiganya diangkat sebagai contoh yang patut diteladani jemaat.[2] Yesus harus mengalami penderitaan sebelum akhirnya ditinggikan oleh Allah (Filipi 2:6-11).[2] Ini menjadi penghiburan bagi jemaat bahwa jika mereka hidup dalam kesetiaan pada Allah maka mereka juga akan ditinggikan.[2] Sementara itu, Timotius rela memberi diri menjadi pemberita Injil demi Kristus dan Epafroditus yang bahkan hampir mati ketika memberitakan Injil (Filipi 2:21,23).[2]
Lebih khusus, Paulus mendorong jemaat untuk memandang kepada Kristus yang tidak membalas perbuatan buruk orang tetapi mempercayakan semua kepada Allah.[2] Yang perlu dilakukan jemaat adalah menunjukkan sikap bersahabat kepada semua orang (Filipi 2:8) dan tetap teguh dalam iman (Filipi 1:27,28).[2]
Ancaman Perpecahan
Euodia dan Sintikhe adalah dua orang perempuan yang terlibat dalam jemaat dan menjabat sebagai diaken.[2] Akan tetapi di antara keduanya sering terjadi perselisihan yang dikhawatirkan akan merusak persekutuan di antara anggota jemaat di Filipi.[2] Akibat perselisihan di antara mereka pun dapat membuat pertumbuhan jemaat ini menjadi terhambat.[2] Paulus melihat penyebab dari semua itu adalah kurangnya rasa rendah hati dan semangat bersekutu dalam jemaat terlebih khusus dalam diri kedua perempuan tersebut.[2] Oleh karena itu, Paulus meminta kepada mereka untuk menunjukan sikap rendah hati dan juga kepada semua pihak yang terkait dengan perselisihan kedua perempuan itu agar segera menyelesaikan persoalan yang ada.[2] Paulus mengangkat sebuah nyanyian tentang Kristus yang mau merendahkan diri-Nya bahkan taat sampai mati di atas kayu salib.[2] Dengan nyanyian Kristus ini, Paulus mengajak jemaat untuk memiliki kasih yang rendah hati, siap dan tetap satu sekalipun diperhadapkan dengan penderitaan.[3] Demikianlah jemaat di Filipi dipanggil untuk meneladan Yesus.[2]
Ancaman Ajaran sesat
Dalam Filipi pasal 3, Paulus menyerang orang-orang dalam jemaat di Filipi yang sudah terpengaruh oleh lawan-lawan Paulus.[2] Mengenai lawan-lawan Paulus ini, beberapa tokoh muncul dengan pendapatnya masing-masing.[1] Ada yang mengatakan Paulus sedang berhadapan dengan orang-orang Kristen yang menganut aliran Gnostisisme atau para misionaris Yahudi.[1] Ada juga yang menyebutkan bahwa yang dikecam Paulus adalah orang-orang Kristen Yahudi yang masih berpegang pada Taurat agar mendapatkan keselamatan.[1] Sementara pendapat lain menyebutkan Paulus sedang berpolemik dengan Yudaisme, Libertinisme dan kemurtadan.[1] Namun yang diketahui dengan jelas adalah Paulus sedang melawan misionaris Yahudi yang disebutnya 'anjing-anjing' dalam Filipi 3:2-11.[1] Ini mengindikasikan bahwa ada sejumlah orang yang telah berhasil masuk ke dalam jemaat dan memberikan pengaruh negatif pada anggota jemaat.[2] Oleh sebab itu Paulus pada pasal selanjutnya menasihatkan jemaat agar tidak membiarkan diri disesatkan orang-orang itu.[2] Jemaat harus tetap teguh dalam Tuhan sebab kedatangan-Nya sudah tidak lama lagi (Filipi 4:1,5b).[2]
Penulis

Rasul Paulus
Surat Filemon ditulis oleh Paulus dan Timotius seperti yang tertera di bagian awal.
Pada abad ke-19, keaslian surat ini dipertanyakan oleh F.C. Baur,[6] yang beranggapan bahwa surat ini hanyalah khayalan Kristen saja dan nama Paulus hanya diperalat untuk menyelesaikan masalah perbudakan.[1] H.J. Holtzmann juga sepaham dengan Baur.[1] Namun demikian berdasarkan penemuan salinan-salinan tua dan analisa lebih teliti saat ini keraguan itu tidak ada lagi dan diyakini bahwa Rasul Paulus adalah penulis dari surat ini.[6] Berdasarkan fakta yang ada, surat ini ditulis ketika Rasul Paulus sedang berada di dalam penjara (ay. 1, 23, 24).[6] Selain itu, D. Guthrie dengan tegas menyatakan bahwa Surat Filemon ini sangat mencerminkan corak berpikir dan gaya tulisan Rasul Paulus.[7] Pada akhirnya para pakar Perjanjian Baru sepakat bahwa Surat Filemon ini ditulis oleh Rasul Paulus.[6]
Tujuan Surat
Sesuai dengan apa yang tertulis pada ayat 1, surat ini ditujukan kepada Filemon yang disebut oleh Paulus sebagai "saudara" dan "kawan sekerja".[6] Selain itu, surat ini juga ditujukan kepada Arkhipus, Apfia, dan jemaat di rumah Filemon.[1] Filemon yang merupakan orang terkemuka di Kolose memiliki sejumlah budak dan salah satunya adalah Onesimus.[4] Onesimus melarikan dari Kolose dan membawa pergi harta milik Filemon.[4] Di dalam pelariannya, Onesimus bertemu dengan Paulus dan akhirnya Onesimus menjadi Kristen (ay. 18-19).[4] Surat ini juga ditujukan kepada Apfia karena ia merupakan seorang pemimpin rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari dan berurusan dengan budak-budak.[1] Oleh karena itu, Paulus merasa perlu dan penting untuk melibatkan Apfia dalam pengambilan keputusan mengenai Onesimus.[1] Beberapa ahli di bidang Perjanjian Baru, seperti E.J Goodspeed, John Knox, dan H. Greeven meragukan Filemon sebagai penerima surat ini.[1] Beberapa pandangan John Knox dapat dirangkum sebagai berikut:[1] [7]
• Alasan sebenarnya penulisan surat bukanlah permintaan kembali terhadap Onesimus tetapi permintaan kepada si pemilik budak agar mengijinkan Onesimus untuk melayani Tuhan dengan membantu Paulus dalam pelayanannya.[1]
• Tuan dari Onesimus bukanlah Filemon, melainkan Arkhipus yang merupakan pimpinan dari jemaat setempat.[1]
• Paulus mengirimkan surat ini kepada Filemon karena Paulus tidak mengenal Arkhipus padahal masalah ini merupakan masalah yang penting.[1] Oleh karena itu Paulus mengirimkan kepada Filemon yang merupakan teman sekerjanya.[1]
Namun demikian, pandangan John Knox tersebut bertentangan dengan isi surat ini sendiri terutama pada ayat 17-22 yang mengungkapkan dengan jelas bahwa Filemon lah tuan dari Onesimus.[1] Maka dari itu, dengan berpatokan pada teks surat, dapat disimpulkan bahwa Rasul Paulus menulis surat ini kepada Filemon.[1]
Tempat dan waktu penulisan
Di kalangan para ahli Perjanjian Baru, tempat dan waktu penulisan surat Filemon masih menjadi perdebatan.[1] Dari teks-teks yang ada, dapat disimpulkan bahwa surat Filemon dan surat Kolose dikirim dari tempat yang sama.[1] Ada tiga tempat yang kemungkinan merupakan tempat penulisan surat Filemon yaitu Roma, Kaisarea, dan Efesus.[1] Pendapat mengenai Kaisarea yang merupakan tempat penulisan surat ini ditolak dengan alasan bahwa hampir tidak mungkin seorang budak memilih kota Kaisarea menjadi kota persembunyiannya.[1] Biasanya para budak yang melarikan diri mencari kota-kota besar sebagai tempat persembunyian karena akan sulit untuk ditemukan.[1] Selain itu, Onesimus ingin mencari Paulus dan akan sulit untuk menemukan Paulus di Kaisarea.[1] Menurut beberapa ahli Perjanjian Baru ada beberapa alasan yang memperlihatkan bahwa Efesus menjadi tempat penulisan surat ini:[1] [7] [8]
• Dalam ayat 22 terkesan bahwa Paulus akan segera tiba di Kolose.[1] Kemungkinan besar ia datang dari Efesus.[1]
• Efesus merupakan tempat yang terkenal sebagai tempat persembunyian para budak.[1] Para budak meminta suaka di kuil Artemis.[1]
• Di Efesus terdapat suatu gedung yang dikenal dengan nama penjara Paulus.[1]
Meskipun demikian, dari berbagai sumber tidak ada yang memberikan tanda bahwa adanya penahanan di Efesus.[1] Roma juga merupakan tempat yang terkenal sebagai tempat pelarian para budak.[1] Selain itu Onesimus yang sedang melarikan diri dari Filemon pasti memilih tempat yang jauh yaitu Roma daripada Efesus dan hal ini dibuktikan oleh berbagai dokumen sejarah.[1] Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa surat ini ditulis di Roma.[9] Surat Paulus kepada Filemon ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 61 M.[9] [10]
Struktur dan Isi
• Salam (1-3)
"Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu."
Bagian ini menjelaskan bahwa Paulus menulis sebagai seorang hukuman.[11] Selain itu juga menyatakan kepada siapa surat ini ditujukan yaitu untuk Filemon, Apfia, dan Arkhipus.[11]
• Ucapan syukur (4-7)
"Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku, karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus. Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus. Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku."
Pada bagian ini Paulus berdoa kepada Tuhan dan mengucap syukur kepada Tuhan.[11] Di dalam doanya inilah terkandung inti dari tema surat ini yaitu kasih, harapan dalam doa, pertemanan, dan persaudaraan.[11] Doa Paulus ini juga menunjukkan sanjungan Paulus atas iman dan kemurahan hati dari Filemon. [11]
• Permohonan untuk Onesimus (8-20)
"Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus, mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus --dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku. Dia kusuruh kembali kepadamu--dia, yaitu buah hatiku--."
Bagian ini merupakan pokok dari surat Paulus ini.[11] Di bagian ini, Paulus mengungkapkan maksudnya menulis surat ini yaitu bahwa ia ingin mengirim kembali Onesimus, budak yang melarikan diri dari rumah Filemon.[12]
"Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil, tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela. Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan. Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku-- aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya--agar jangan kukatakan: "Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!" --karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri. Ya saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus!"
Ia meminta Filemon untuk menerima kembali Onesimus.[12] Paulus juga bersedia mengganti biaya kerugian yang timbul akibat pelarian dari Onesimus.[3]
• Penutup (21-25)
"Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih dari pada permintaanku ini akan kaulakukan. Dalam pada itu bersedialah juga memberi tumpangan kepadaku, karena aku harap oleh doamu aku akan dikembalikan kepadamu. Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus, dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku. Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!"
Paulus yakin bahwa himbauannya dalam surat ini akan dipenuhi oleh Filemon.[11] Dalam bagian ini juga dikatakan bahwa Paulus akan datang untuk melihat hasilnya. [11]Paulus menutup surat ini dengan menyampaikan salam kepada Filemon.[12]
Muatan Teologis
Surat Paulus kepada Filemon ini sangat pendek dan tidak memaparkan doktrin-doktrin iman Kristen.[1] Akan tetapi surat ini memberikan petunjuk mengenai bagaimana menjalani kehidupan sebagai orang Kristen terutama dalam hubungannya dengan sesama.[1]
Sikap Hidup Orang Kristen
Surat ini memuat ajakan untuk memperlihatkan kasih dan iman sebagai ciri dari sikap hidup orang Kristen kepada sesama.[9] Onesimus menceritakan kepada Paulus dan orang-orang banyak mengenai kasih dan iman Filemon.[9] Kemudian dasar Paulus mengutarakan permohonan kepada Filemon juga berdasarkan oleh kasih yang ada di antara mereka.[9] Paulus juga menginginkan Filemon dapat menerima kembali Onesimus, mengampuninya dan mengasihinya.[9] Kasih yang diinginkan oleh Paulus adalah kasih yang tidak mengenal batas sosial. [9] Meskipun Onesimus adalah seorang hamba atau budak tetapi tetap harus dikasihi sebagai sesama orang Kristen.[9]
Persaudaraan Orang-orang Percaya
Melalui surat ini, Paulus menekankan mengenai persaudaraan orang-orang percaya.[9] Bagi Paulus semua orang yang percaya kepada Kristus adalah saudara (bhs. Yunani: adelfos)[9] Persaudaraan yang terjalin adalah berdasarkan kasih dan iman.[9] Paulus juga meminta Filemon diterima kembali sebagai saudara.[9] Onesimus yang tadinya tidak berguna bagi Filemon telah berubah menjadi orang Kristen yang berguna bagi Filemon dan Paulus sendiri.[9]
Perbudakan
Di abad pertama Masehi perbudakan merupakan suatu hal yang wajar.[1] Dalam hal ini Paulus tidak bermaksud untuk menghilangkan konsep perbudakan yang sudah ada.[9] Namun demikian, Paulus ingin menekankan hubungan antara tuan dan hamba.[9] Menurutnya hubungan antara tuan dan hamba adalah sebagai saudara di dalam Kristus.[9] Seorang tuan harus memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi hambanya.[9] Paulus memohon kepada Filemon untuk memberi kebebasan dan menerimaOnesimus kembali lebih dari sekadar hamba, tetapi saudara.[9]

Ayat-ayat terkenal
• Kolose 3:17: Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
• Kolose 3:23: Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Latar Belakang
Pada dasarnya bukan Paulus yang mendirikan jemaat di Kolose ini.[2][4][3] Akan tetapi, ia mengutus pekerja-pekerja dari Efesus, ibukota provinsi Roma di Asia Kecil pada waktu itu.[2][4][3] Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung jawab juga atas jemaat di Kolose itu.[2][4][3] Informasi yang didapat oleh Paulus berasal dari Epafras.[2][4][3] Epafras melaporkan kepada Paulus bahwa di dalam jemaat itu ada guru-guru yang mengajar ajaran-ajaran yang salah.[2][4][3] Guru-guru itu menekankan bahwa untuk mengenal Tuhan dan diselamatkan dengan sempurna, orang harus menyembah "roh-roh yang menguasai dan memerintah semesta alam ini".[2][4][3] Selain itu, kata guru-guru itu kepada jemaat di Kolose agar setiap orang harus pula taat menjalankan peraturan-peraturan sunat, pantangan dan lain sebagainya.[2][4][3]
Paulus mendengar hal itu pun tidak tinggal diam.[2][4][3] Dia merasa bertanggung jawab terhadap jemaat di Kolose tersebut.[2][4][3] Surat Paulus Kepada Jemaat di Kolose ini pun ditulis untuk mengemukakan ajaran Kristen yang benar dan menentang ajaran-ajaran salah yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu.[2][4][3] Inti dari sari surat ini ialah bahwa Yesus Kristus sanggup memberi keselamatan yang sempurna dan bahwa ajaran-ajaran yang lainnya itu hanya menjauhkan orang dari Kristus.[2][4][3] Paulus juga menekankan bahwa melalui Kristuslah, Tuhan menciptakan dunia ini, dan melalui Kristus pula Tuhan menyelamatkannya.[2][4][3] Harapan dunia untuk diselamatkan hanyalah melalui bersatu dengan Kristus.[2][4][3]
Setelah itu, Paulus menguraikan pula hubungan antara ajaran yang agung itu dengan kehidupan orang Kristen.[2][4][3] Tikhikus adalah orang yang membawa surat ini ke Kolose untuk Paulus.[2][4][3] Dia ditemani oleh Onesimus, hamba yang disuruh oleh Paulus untuk kembali kepada tuannya, yaitu Filemon, yang juga merupakan seorang anggota jemaat di Kolose.[2][4][3]
Isi
Berikut adalah garis-garis besar dari Kitab Kolose:[5][6]
1. Pembukaan Surat (1:1-2)
2. Perkenalan Paulus dan Tujuannya
• Bersyukur (1:3-8)
• Doa dan Meditasi (1:9-23)
o Doa Paulus: Pengetahuan akan Tuhan (1:9-12a)
o Alasan Mengucap Sukur (1:12b-23)
 Keluaran Baru (1:12b-14)
 Ciptaan dan Ciptaan Baru di dalam Kristus (1:15-20)
 Ciptaan Baru di Kolose (1:21-23)
 Pelayanan Paulus dan Tujuan Suratnya
 Pelayanan Paulus di dalam Kristus (1:24-29)
 Pelayanan Paulus kepada Jemaat di Kolose (2:1-5)
3. Permohonan kepada Orang Kristen agar Dewasa (2:6-4:6)
• Perkenalan: Hidup di dalam Kristus (2:6-7)
• Tidak ada seorangpun yang menghukum kamu (2:8-23)
o Siap di dalam Kristus (2:8-10)
 Kristus dan Musuh-musuh-Nya (2:8-10)
 Sunat di dalam Kristus (2:11-12)
 Bebas dari tuntutan hukum (2:13-15)
o Jangan menukar taurat dengan peraturan Yahudi (2:16-23)
 Perkara-perkara yang menjadi diperintahkan Kristus (2:16-19)
 Kamu mati demi Kristus untuk dunia dan hukumnya (2:20-23)
 Hidup menurut hukum yang baru (3:1-4:6)
 hidup di dalam Kristus, Allah yang bangkit (3:1-4)
 Pengetahuan dan hidup baru menurut gambar Allah (3:5-11)
o Segala sesuatu yang dilakukan dalam nama Tuhan Yesus (3:12-17)
o Hidup Baru-di Rumah (3:18-4:1)
o Hidup Baru-di dunia (4:2-6)
4. Penutup Surat (4:7-18)
• Memperkenalkan hamba-hamba Tuhan (4:7-9)
• Pembukaan dari teman-teman Paulus (4:10-14)
• Pembukaan kepada orang-orang di Kolose (4:15-17)
• Tanda tangan dari Rasul Paulus (4:18)
Muatan Teologinya
Surat Paulus untuk jemaat Kolose menggambarkan secara keseluruhan pemahaman teologi untuk menolong pembacanya menemukan manusia yang asli dan kematangan spiritual yang seesuai dengan keinginan Tuhan untuk umat-Nya.[5] Tuhan itu memberikan penghakiman yang adil dan bijaksana.[5] Dia mengutus Anak-Nya untuk mencapai pendamaian.[5] Yesus yang menangani dosa manusia dengan mati di kayu salib agar kehidupan yang diberikan kepada umat-Nya.[5] Hidup umat yang benar yang diungkapkan melalui hidup yang benar.[5] Hal ini ditunjukkan melalui ungkapan iman percaya mereka dan dengan dibaptis di dalam Yesus Kristus.[5] Paulus di dalam suratnya ini pada intinya hendak menyuarakan pemahamannya akan beberapa tema teologi terbesar.[5]
Adanya makna yang ditujukan kepada gereja.[5] Roh Kudus dan gereja terletak jejak-jejak yang dapat membantu pemahaman tentang bagaimana membawa pesan teks kuno ke dalam situasi sekarang ini.[5] Paulus bermaksud agar suratnya dibaca di dalam gereja (4:16).[5] Hal ini pula mengingatkan gereja bahwa gereja tidak dapat memahami surat-surat Paulus tersebut secara murni.[5] Setiap orang Kristen yang dewasa bertanggung jawab terhadap iman percayanya.[5] Tetapi kebenaran Kristen tetap menjadi milik bersama.[5]
Paulus menulis surat ini untuk memastikan jemaat di kolose adalah warga Kerajaan Allah.[5] Tidak ada keraguan atas pernyataan ini menjadi bukti iman kepada Kristus.[5] Manurut Paulus, gereja adalah tubuh Kristus dan memiliki tugas untuk bersaksi bagi dunia tentang Kerajaan Allah.[5]
Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Surat Efesus)
Belum Diperiksa
Artikel ini adalah tentang kitab dalam Alkitab Perjanjian Baru. Untuk Kegunaan lainnya, lihat Efesus (disambiguasi).
Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus (disingkat: Surat Efesus) adalah salah satu kitab dalam Alkitab Perjanjian Baru yang ditulis dan dikirim oleh Paulus dari Tarsus kepada jemaat Kristen di Efesus.[1]
Daftar isi
Latar Belakang


Paulus menulis Surat-suratnya, dari abad ke-16(Blaffer Foundation Collection, Houston, Texas).
Surat Efesus ini, ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara. Ketika Paulus menuliskan surat kepada jemaat Efesus, tentu saja dia mempunyai tujuan dan ada hal yang menjadi motifasi dia untuk menulis surat tersebut.[2] Tujuan Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus, didukung oleh keadaan masyarakat Efesus pada saat itu. Keadaan masyarakat Efesus pada saat itu adalah masih melakukan penyembahan terhadap Dewa Yunani. Dewa yang mereka sembah pada saat itu adalah mereka sebut dewi Artemis. Mereka memahami dan mempercayai bahwa dewi Artemis ini adalah Dewa kesuburan. Selain itu juga mereka melakukan penyembahan dan tunduk kepada Kaisar. Melihat keadaan ini tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan suratnya kepada jemaat di Efesus.
Surat ini berisikan nasihat, perintah, dan himbauan untuk hidup dalam Kristus.[3] Dalam surat ini penulisnya menekankan Rencana Tuhan agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (1:10).[4] Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Tuhan supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Tuhan itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.[4]
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Tuhan telah memilih umat-Nya, bagaimana Tuhan melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Tuhan itu dijamin oleh Roh Kudus. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun dalam kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Tuhan sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang isteri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Tuhan melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.
Ayat-ayat terkenal
• Efesus 2:8-9: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
• Efesus 2:10: Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
• Efesus 2:19-20: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
• Efesus 6:11-12: Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
• Efesus 6:14-18: Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan.
Isi Kitab
Surat Efesus dibagi menjadi 6 pasal.[5]
Pasal 1
Terdiri dari 23 ayat. Pasal pertama ini berisi salam Paulus bagi jemaat Efesus, menceritakan tentang kekayaan orang-orang yang terpilih, dan untuk pengertian tentang kemuliaan Kristus.
Pasal 2
Terdiri dari 22 ayat. Pasal kedua ini menceritakan bahwa semua orang percaya ada dalam kasih karunia, dan dipersatukan dalam Kristus.
Pasal 3
Terdiri dari 21 ayat. Pasal ketiga ini berisikan tentang rahasia panggilan bagi orang-orang Yahudi, dan doa Paulus bagi jemaat Efesus.
Pasal 4
Terdiri dari 32 ayat. Pasal ini berisikan tentang kesatuan jemaat dan karunia yang berbeda-beda, dan maksud dari manusia baru.
Pasal 5
Terdiri dari 33 ayat; berisikan tentang perilaku hidup sebagi anak-anak terang, dan kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri.
Pasal 6
Terdiri dari 24 ayat. Berisikan tentang ketaatan dan kasih terhadap orang menjadi tuan kita di dunia, sebagaimana kita taat dan mengasihi Kristus, serta perlengkapan-perlengkapan rohani. Pada akhir pasal 6 ini, Paulus menutupnya dengan salam kepada jemaat Efesus, yaitu "Kasih karunia menyertai semua orang yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa".
Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu dari keenam surat dalam Perjanjian Baru selain Efesus, Kolose, 1 dan 2 Timotius, dan Titus yang dikelompokkan sebagai surat-surat deutro Paulus.[1] Disebut demikian karena diduga bahwa penulis surat ini bukanlah Paulus melainkan murid Paulus atau paling tidak orang yang menganut teologi Paulus.[1] Surat ini disebut sebagai salah satu tulisan pseudopigraf yang dengan sengaja menggunakan nama Paulus sebagai penulisnya.[1]
Daftar isi]
Latar Belakang
Penulis
Pada awalnya, Paulus diyakini sebagai penulis asli surat ini.[2] Dalam 2 Tesalonika 1:1 jelas dikatakan bahwa surat ini berasal dari Paulus beserta dua orang rekan sekerjanya yakni, Silwanus dan Timotius.[2] Akan tetapi, keyakinan bahwa Paulus yang menuliskan surat ini mulai diragukan oleh para pakar Perjanjian Baru dengan beberapa alasan.[2]
Keadaan Jemaat
Gambaran jemaat dalam surat 2 Tesalonika ini tidaklah sama dengan gambaran jemaat dalam surat yan pertama.[3] Pada 2 Tesalonika, Paulus berhadapan dengan para penganut Gnostik yang menyampaikan kedatangan hari Tuhan (parousia) telah tiba (2:2).[3] Tentu saja jemaat menjadi kebingungan mendengar pemberitaan seperti itu.[3] Dengan melihat keadaan jemaat seperti itu, penulis bermaksud memberikan penghiburan kepada jemaat agar mereka tidak termakan isu itu begitu saja.[4] Melalui surat ini diharapkan jemaat tetap melanjutkan kegiatan sehari-hari seperti biasanya sambil tetap melaksanakan kewajiban sebagai orang Kristen.[4] Dalam jemaat juga berkembang ajaran Gnostik yang tidak lagi peduli pada daging (sarx) karena menganggap telah disempurnakan dalam roh.[3] Ajaran demikian membuat jemaat kemudian lebih senang dengan cara hidup yang malas-malasan dan kurang memperhatikan ketertiban.[3]
Ayat-ayat terkenal
• 2 Tesalonika 2:7-8: Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, (2:8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali.
• 2 Tesalonika 3:10: Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
Struktur Surat
Struktur surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika adalah sebagai berikut:[5]
1. Salam (1:1-2)
2. Ucapan syukur dan doa (1:13-12)
• Ucapan syukur (1:3-5)
• Penghakiman Allah (1:6-10)
• Doa bagi jemaat di Tesalonika (1:11-12)
1. Tentang Kedatangan Tuhan (2:1-12)
• Hari Tuhan yang belum tiba ( 2:1-2)
• Tentang Pemberontakan manusia (2:3-12)
1. Uncapan terima kasih dan dorongan Paulus bagi jemaat (2:13-17)
2. Kesetiaan Allah (3:1-5)
3. Kedisiplinan hidup: tentang ketidaktaatan manusia (3:6-15)
Pokok-pokok Teologis
Tentang Ketabahan Menghadapi Penganiayaan
Masalah penganiayaan yang dialami jemaat di Tesalonika membuat mereka merasakan penderitaan.[2] Melalui surat ini, penulis kemudian hadir sebagai seorang motivator yang terus mengingatkan jemaat agar tetap tabah.[2] Caranya memberikan motivasi melalui ucapan syukur.[2] Dalam ucapan syukur tersebut, Paulus menyampaikan perasaan sukacitanya atas iman yang dimiliki jemaat yang dinilainya semakin bertambah (1:3-4).[2] Paulus juga menjelaskan pada jemaat bahwa penderitaan yang sedang mereka rasakan menegaskan ada maksud dari Allah di balik semua penderitaan itu.[2]
Menyikapi Ajaran Sesat dan Parousia
Dalam surat yang kedua ini, pemberitaan tentang Hari Tuhan (parousia) sudah tiba menjadi masalah utama walaupun tidak disebutkan siapa orang-orang yang menyebarkan kabar tentang kedatangan Tuhan.[2] Inilah yang hendak diluruskan oleh Paulus yaitu bahwa jemaat di Tesalonika telah salah memahami pemberitaan kedatangan Tuhan.[2] Untuk itulah, Paulus mengingatkan jemaat agar tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran yang ia sampaikan yaitu tetap menantikan hari ketika Yesus akan datang kembali dari sorga.[2] Namun demikian, Paulus juga menyatakan bahwa sebelum hari itu tiba, akan ada tanda-tanda yang mendahuluinya termasuk penderitaan yang sedang dirasakan jemaat dan mencapai puncaknya pada hari Tuhan datang.[2] Saat itulah Allah akan memulihkankembali umat-Nya.[2]
Berdoa dan Bekerja (Ora et Labora)
Pemberitaan Hari Tuhan yang membingungkan jemaat juga semakin membuat anggota jemaat menjadi malas untuk bekerja.[2] Oleh karena itu, Paulus menasihatkan jemaat agar menjauhkan diri dari orang-orang yang sudah tidak mau bekerja lagi (2 Tesalonika 3:6).[2] Sebaliknya, Paulus mendorong jemaat untuk tetap giat dalam bekerja.[2] Dalam surat yang terdahulu, nasihat ini juga disampaikan Paulus namun di surat ini Paulus semakin memotivasi jemaat agar mengikuti teladannya.[2] Yang dimaksudkan Paulus adalah mengikuti teladannya yang tetap bekerja sebagai pembuat tenda selain melaksanakan tugas utamanya sebagai pemberita Injil.[2] Dengan demikian, jemaat diajarkan dalam penantian kedatangan Tuhan tidak hanya berdoa tetapi juga giat bekerja.[2] Paulus bahkan menegaskan dalam 2 Tesalonika 3:10b bahwa orang tidak mau bekerja janganlah ia makan.[2]
Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Surat 1 Timotius)
Belum Diperiksa
Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius adalah salah satu kitab dalam Alkitab. Timotius adalah seorang Kristen yang masih muda di Asia Kecil, yang telah menjadi kawan dan pembantu Paulus dalam pekerjaan Paulus. Ayah Timotius seorang Yunani dan ibunya Yahudi. Dalam Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius, dibentangkan tiga hal yang ada sangkut pautnya satu sama lain.
Pertama-tama ialah peringatan kepada Timotius terhadap ajaran-ajaran salah yang terdapat di dalam jemaat. Ajaran-ajaran itu merupakan campuran paham Yahudi dan paham non-Yahudi berdasarkan kepercayaan bahwa alam semesta sudah jahat, dan keselamatan hanya dapat diperoleh kalau orang mempunyai pengetahuan tentang rahasia tertentu, dan menaati peraturan-peraturan seperti misalnya peraturan tidak boleh kawin, pantang makanan-makanan tertentu dan lain sebagainya.
Kedua, ialah petunjuk-petunjuk kepada Timotius mengenai pengurusan jemaat dan mengenai ibadat. Dijelaskan baginya sifat-sifat orang yang boleh menjadi penilik dan pembantu jemaat. Akhirnya Timotius diajar mengenai bagaimana ia dapat menjadi seorang hamba Yesus Kristus yang baik dan mengenai tanggung jawabnya terhadap setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat.
Ayat-ayat terkenal
• 1 Timotius 2:5-6: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (2:6) yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.
• 1 Timotius 3:16: Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia (Yesus), yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."
• 1 Timotius 4:12: Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Isi
• Pendahuluan 1:1-2
• Petunjuk-petunjuk mengenai jemaat dan para pengurusnya 1:3--3:16
• Petunjuk-petunjuk kepada Timotius mengenai pekerjaannya 4:1--6:21

Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Surat 2 Timotius)
Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius sebagian besar berisi nasihat-nasihat pribadi kepada Timotius sebagai teman sekerja dan pembantu yang masih muda. Inti nasihatnya ialah supaya Timotius tabah. Ia dinasihati dan didorong supaya terus setia menyebarkan berita tentang Tuhan Yesus Kristus serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran tentang Injil dari Tuhan; juga supaya Timotius tetap bertugas sebagai guru dan pemberita Injil dari Tuhan, sekalipun menghadapi penderitaan dan pertentangan. Surat ini dimaksudkan agar Timotius semangat mengabarjan firman Tuhan dan menjadi penerus Paulus. Timotius khusus diperingatkan supaya tidak turut campur dalam perdebatan-perdebatan yang bodoh dan tak bernilai. Perdebatan-perdebatan seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali merusak pikiran orang yang mendengarnya.
Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari kehidupan Paulus -- yaitu kepercayaannya kepada Kristus, kesabarannya, kasihnya, ketabahannya dan penderitaan yang dialaminya dalam penganiayaan. Surat ini diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai akhir masa kehidupannya dan melalui surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.
Ayat-ayat terkenal
• 2 Timotius 1:7: Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
• 2 Timotius 3:16: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Isi
• Pendahuluan 1:1-2
• Pujian dan dorongan 1:3--2:13
• Nasihat dan peringatan 2:14--4:5
• Keterangan tentang keadaan Paulus 4:6-18


Surat Paulus kepada Titus


Halaman pertama surat kepada Titus
Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu surat surat-surat Paulus yang terdapat di dalam Perjanjian Baru.[1] Bersama dengan surat Timotius, surat ini dikategorikan sebagai surat-surat Pastoral.[2] Dikategorikan surat pastoral karena surat-surat ini ditujukan kepada Titus dan Timotius yang menjalankan tugas sebagai seorang pastor.[2] Secara garis besar surat ini berisi petunjuk-petunjuk untuk menjalani hidup sekaligus untuk menanggulangi ajaran sesat.[3] Titus sendiri merupakan teman sekerja Paulus dalam pekerjaannya.[1]
Penulis


Rasul Paulus sedang menulis surat-suratnya
Secara tradisional diterima bahwa surat ini ditulis oleh rasul Paulus, seperti yang tertera dalam kata-kata pembuka surat ini.[4]
Ada peneliti Perjanjian Baru yang meragukan hal tersebut,[5] karena mereka menganggap surat-surat pastoral seperti ini hanyalah tulisan-tulisan Yahudi yang tidak termasuk di dalam Perjanjian Lama dan biasanya digunakan untuk memberi informasi penting terhadap latar belakang Perjanjian Baru.[5] Surat ini sangat berbeda dari surat Paulus lainnya sehingga ada dugaan tidak mungkin Paulus yang menulis surat ini.[1]
Alasan-alasan yang meragukan bahwa surat ini ditulis oleh Paulus antara lain:
• Situasi historis yang digambarkan dalam surat ini tidak sesuai dengan data-data yang ada di Kisah Para Rasul maupun situasi yang melatarbelakangi surat-surat Paulus yang asli.[5]
• Surat-surat pastoral seperti surat Titus ini menggambarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh generasi Kristen ketiga.[5] Organisasi gereja pada saat itu sudah lebih berkembang daripada zaman Paulus.[5] Gereja-gereja rumah seperti pada zaman Paulus sudah menjadi dasar berdirinya jemaat setempat.[5]
• Gaya tulisan yang dipakai sangat khas dan berbeda dengan surat-surat Paulus yang asli.[5]
• Gagasan-gagasan teologi yang berbeda dengan surat-surat Paulus seperti gagasan mengenai perempuan.[6]
• Pemahaman tentang gereja yang berbeda antara surat-surat pastoral dengan surat-surat asli Paulus.[2]
Oleh karena alasan-alasan tersebut di atas, jika bukan oleh oleh Paulus maka surat ini diduga ditulis oleh seseorang yang tidak dikenal, namun beraliran Paulus.[5] Ada pendapat bahwa orang yang menulis surat ini adalah seorang Yahudi Hellenis.[5]
Kebanyakan alasan-alasan tersebut tidak mempunyai dasar yang cukup kuat, sehingga pada umumnya hanya dipakai sebagai bahan diskusi.
Tujuan surat
Surat ini ditujukan kepada Titus yang merupakan teman sekerja Paulus.[2] Titus merupakan seorang non Yahudi yang menjadi Kristen dan kemudian mengikuti rombongan Paulus.[2] Paulus juga mengutusnya untuk membantu pelayanannya di Korintus.[4] Dalam surat ini, Titus digambarkan sebagai orang yang sangat setia.[4] Oleh karena kesetiaannya, Paulus menaruh kepercayaan yang besar kepada Titus.[4] Dalam perjalanan, Paulus meninggalkan Titus di Kreta dan diberi tugas untuk membina jemaat-jemaat baru di sana.[3] Selain ditujukan kepada Titus, surat ini juga ditujukan kepada semua anggota jemaat.[4]
Tempat dan waktu penulisan
Tempat dan waktu penulisan surat ini sulit untuk ditentukan.[2] Ada pendapat bahwa surat ini ditulis ketika Paulus singgah di Nikopolis.[3] Pendapat lain mengatakan bahwa surat ini ditulis di Roma.[2] Jika berpatokan pada pendapat ini dapat diperkirakan bahwa surat ini ditulis antara tahun 60-64 M.[2] Jika tidak, ada ahli yang memperkirakan bahwa surat ini ditulis di Efesus sekitar tahun 100 M[6]
Ayat-ayat terkenal
• Titus 3:3-7: Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci. (3:4) Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, (3:5) pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, (3:6) yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, (3:7) supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.
• Titus 3:8: Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia.
Struktur
• Pembukaan surat (1:1-4)
Bagian ini berisi catatan mengenai siapa penulis surat ini dan kepada siapa surat ini ditujukan.[7] Selain itu disampaikan juga oleh penulis surat sebuah salam.[7]
• Syarat bagi para penatua (1:5-16)
Di perikop ini dijelaskan bagaimana syarat untuk menjadi pengajar dan pemimpin yang baik.[7] Selain itu juga diingatkan mengenai pengajar-pengajar palsu yang muncul saat itu.[7]
• Nasihat untuk kehidupan warga jemaat (2:1-15)
Pada pasal kedua ini, Paulus berusaha memberikan nasihat untuk pengudusan hidup warga jemaat.[3] Nasihat yang diberikan Paulus menyangkut cara berkehidupan dan moral warga jemaat.[7]
• Panggilan orang Kristen (3:1-11)
Setelah membahas nasihat-nasihat bagi internal warga jemaat, pada bagian ini Paulus membahas panggilan orang-orang Kristen terhadap pemerintah dan masyarakat.[3]
• Petunjuk-petunjuk terakhir dan salam penutup (3:12-15)
Paulus mengakhiri suratnya kepada Titus dengan menekankan kembali apa yang telah dikatakan sebelumnya.[7] Setelah itu Paulus memberikan salamnya kepada Titus dan orang-orang lain yang lain.[7]
Muatan Teologis
Sebagai surat Pastoral, ada tiga hal yang dikemukakan di dalam surat ini:
Tugas Titus di Kreta
Titus diingatkan mengenai sifat-sifat orang yang boleh menjadi pemimpin jemaat.[8] Seseorang yang hendak menjadi penatua maupun pemimpin jemaat haruslah orang yang tidak bercela atau tidak bercacat di dalam cara hidupnya.[8]. Hal ini bukan berarti menuntut seseorang yang sempurna tetapi menuntut seseorang yang cara hidupnya baik sehingga dapat menjadi panutan.[8] Syarat kedua yang ditetapkan adalah memiliki satu istri saja. [8] Pada saat itu sering terjadi poligami ataupun perzinahan.[3] Oleh karena itu, seorang penatua haruslah dapat menahan nafsunya dan hanya memiliki satu isteri atau satu suami saja.[3] Kemudian syarat berikutnya adalah memiliki anak-anak yang beriman.[3] Seseorang hendaknya dapat membina anaknya dengan baik sebelum membina orang-orang lain atau jemaat.[3] Seorang penatua juga harus rendah hati, tidak cepat marah, dapat menguasai diri, dapat mendengar orang lain dan tidak serakah.[8] Penatua adalah orang yang mengurus pekerjaan Allah.[8] Oleh karena itu, penatua juga harus dapat bijaksana, saleh, dan menyukai hal-hal yang baik.[8] Penatua bepegang kepada firman Tuhan, berkata benar, dan sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran firman Tuhan.[8] Titus perlu mengangkat dan menetapkan syarat-syarat tersebut karena kondisi jemaat di Kreta saat itu banyak yang memberontak dan mengajarkan ajaran palsu.[8]
Pengajaran yang benar
Titus dinasihati mengenai bagaimana pengajaran yang benar.[8] Pokok dasar ajaran yang benar itu adalah anugerah Allah yang telah dinyatakan demi menyelamatkan umat manusia.[8] Anugerah inilah yang memampukan umat manusia terutama umat Kristen untuk hidup dengan cara yang diinginkan oleh Allah sampai kedatangan Yesus kembali.[8] Nasihat-nasihat tersebut antara lain:

• Orang-orang yang sudah tua hendaknya dapat hidup bijaksana, hidup sederhana dan hidup dalam ketekunan.[8] Begitu juga perempuan yang sudah tua, dituntut untuk hidup berbakti kepada Allah, tidak suka memfitnah dan senantiasa mengajarkan hal-hal yang baik.[8] Dengan demikian, mereka dapat mendidik para orang-orang muda agar dapat juga hidup dengan baik.[8]
• Juga kepada kaum-kaum muda, agar dapat bijaksana, menguasai diri, berkelakuan baik, dan jujur.[8]
• Hamba-hamba haruslah taat kepada tuannya dalam segala hal yang baik.[3] Seorang hamba harus setia, taat dan tulus sehingga mereka berkenan pula memuliakan ajaran Allah.[3]
Nasihat tentang perilaku orang Kristen
Titus diajar mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen terhadap pemerintah dan terhadap masyarakat.[8] Orang Kristen haruslah taat kepada pemerintah dalm segala sesuatu hal yang baik.[3] Dengan demikian mereka dapat dipuji oleh masyarakat dan nama Yesus dimuliakan.[3] Orang Kristen dituntut untuk ramah dan suka damai, jangan membenci orang, jangan suka bertengkar atau menimbulkan perpecahan.[3] Paulus juga mengingatkan bahwa kita diselamatkan bukan semata-mata karena kebaikan kita tetapi karena rahmat Tuhan kepada manusia.[3]
>>> semoga document INI SANGAT BERARTI DALAM PELAYANAN KITA
Gbu all

Tidak ada komentar: